KUBET – AS menyerang tiga fasilitas nuklir Iran, apa dampaknya dan bagaimana Iran akan membalas?

AS menyerang tiga fasilitas nuklir Iran, apa dampaknya dan bagaimana Iran akan membalas?

Foto satelit memperlihatkan fasilitas nuklir Fordo di Iran pada 22 Juni.

Sumber gambar, Maxar Technologies

Keterangan gambar, Foto satelit memperlihatkan fasilitas nuklir Fordo di Iran pada 22 Juni.

    • Penulis, Thomas Mackintosh
    • Peranan, BBC News
    • Penulis, Nadine Yousif
    • Peranan, BBC News

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan pihaknya telah “berhasil” melakukan serangan bom terhadap tiga lokasi nuklir di Iran dan ketiganya telah “dihancurkan”.

Pada Minggu (22/06), Pentagon mengatakan perlu waktu untuk menilai sepenuhnya dampak serangan tersebut meskipun semua lokasi tampaknya mengalami “kerusakan yang sangat parah”.

Israel mengatakan “berkoordinasi penuh” dengan AS dalam merencanakan serangan tersebut.

Sejumlah pejabat Iran mengonfirmasi fasilitas nuklir mereka diserang tetapi membantah serangan AS menyebabkan kerusakan dahsyat.

Serangan AS tersebut menandai eskalasi signifikan dalam perang yang sedang berlangsung antara Iran dan Israel.

Berikut yang kami ketahui sejauh ini:

Apa yang dibom AS dan senjata apa yang digunakan?

Jenderal Dan Caine, ketua kepala staf gabungan militer AS, mengatakan Operasi Midnight Hammer melibatkan 125 pesawat militer AS termasuk tujuh pesawat pengebom siluman B-2.

Lewati Whatsapp dan lanjutkan membaca

Akun resmi kami di WhatsApp

Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.

Klik di sini

Akhir dari Whatsapp

Tiga fasilitas nuklir menjadi sasaran: Fordo, Natanz, dan Isfahan.

Caine mengatakan pesawat pengebom berangkat dari AS selama 18 jam. Beberapa pesawat menuju Pasifik sebagai “pengalih perhatian”. Adapun kelompok penyerang yang sebenarnya terdiri dari tujuh pesawat pengebom B-2 menuju Iran.

Tepat sebelum tujuh pesawat itu memasuki wilayah udara Iran, menurut Caine, lebih dari dua lusin rudal jelajah Tomahawk diluncurkan dari kapal selam AS ke sasaran di Isfahan.

Saat pesawat pengebom memasuki wilayah udara Iran, AS mengerahkan “beberapa taktik penipuan, termasuk pengalih perhatian” berupa sejumlah jet tempur guna membersihkan wilayah udara di depan ketujuh pesawat B-2 serta mengecek keberadaan pesawat musuh dan rudal permukaan-ke-udara, kata Caine.

Pesawat B-2 kemudian menjatuhkan dua Massive Ordnance Penetrators (MOP) GBU-57—yang juga dikenal sebagai bom “penghancur bunker”—di fasilitas nuklir Fordo. Caine mengatakan sebanyak 14 MOP dijatuhkan di dua area target.

Menurut Caine, tujuh pesawat B-2 Spirit itu membawa 14 bom MOP serta “75 senjata berpemandu presisi” guna meledakkan target-target di Iran.

Tiga target infrastruktur nuklir Iran dihantam serangan antara pukul 05:40 WIB dan 06:05 WIB.

Setelah menjatuhkan bom, pesawat-pesawat B-2 itu kemudian meninggalkan wilayah udara Iran dan kembali ke AS.

“Pesawat tempur Iran tidak terbang, dan tampaknya sistem rudal permukaan-ke-udara Iran tidak melihat kami,” kata Caine.

Tiga fasilitas nuklir Iran diserang AS

Berbicara dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengatakan operasi itu tidak menargetkan pasukan Iran atau rakyat Iran.

Ia menambahkan bahwa misi itu “bukan, dan tidak akan pernah tentang perubahan rezim”.

Hegseth mengakui mendapat sokongan dari “sekutu kami di Israel”, seraya menambahkan bahwa operasi tersebut memerlukan waktu perencanaan berbulan-bulan dan berminggu-minggu.

Tersembunyi di lereng gunung terpencil di sebelah selatan Teheran, fasilitas nuklir Fordo mencakup pabrik pengayaan uranium yang sangat penting bagi program nuklir Iran.

Fasilitas itu diyakini berada jauh di dalam tanah, bahkan lebih dalam daripada Terowongan Channel yang menghubungkan UK dan Prancis.

Cara kerja bom penghancur bunker

Karena lokasi fasilitas nuklir Fordo di bawah tanah, hanya AS yang punya bom “penghancur bunker” untuk menembus situs tersebut.

Bom ini berbobot 13.000 kg dan mampu menembus beton setebal 18 meter dan tanah sedalam 61 m sebelum meledak, menurut para ahli.

Karena kedalaman terowongan Fordo, MOP tidak dijamin berhasil, tetapi itu adalah satu-satunya bom yang dapat menjangkau fasilitas nuklir tersebut.

Apa yang diketahui soal dampak serangan?

Jenderal Caine mengatakan perlu waktu untuk menilai tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan AS.

Namun, katanya, “penilaian awal kerusakan pertempuran menunjukkan bahwa ketiga lokasi tersebut mengalami kerusakan dan kehancuran yang sangat parah”.

Citra satelit yang diabadikan pada 22 Juni memperlihatkan enam kawah baru di fasilitas nuklir Fordo serta debu abu-abu dan puing-puing di lereng gunung. Enam kawah tersebut kemungkinan titik masuk amunisi AS.

Foto satelit pada 22 Juni memperlihatkan sejumlah kawah baru di sekitar fasilitas nuklir Fordo..

Sumber gambar, Maxar Technologies

Keterangan gambar, Foto satelit pada 22 Juni memperlihatkan sejumlah kawah baru di sekitar fasilitas nuklir Fordo.

Setelah AS mengonfirmasi bahwa MOP digunakan dalam serangan itu, analis citra senior di McKenzie Intelligence Services, Stu Ray, mengatakan kepada BBC Verify: “Anda tidak akan melihat efek ledakan besar di titik masuk karena [bom itu] tidak dirancang untuk meledak saat masuk tetapi di fasilitas [nuklir] yang jauh lebih dalam.”

Dia menambahkan bahwa sepertinya ada tiga amunisi yang dijatuhkan pada dua titik terpisah. Kemudian warna abu-abu di tanah tampaknya menunjukkan puing-puing beton yang kena ledakan.

Ray juga mengatakan pintu masuk terowongan tampaknya telah ditutup. Karena tidak ada kawah atau titik tumbukan yang terlihat di dekatnya, ia menduga ini mungkin merupakan upaya Iran untuk “memitigasi penargetan yang disengaja terhadap pintu masuk menggunakan pemboman udara”.

Organisasi Energi Atom Iran mengatakan pemboman tiga lokasi nuklir tersebut merupakan “pelanggaran biadab” terhadap hukum internasional.

Baik Arab Saudi maupun pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), mengatakan tidak ada peningkatan tingkat radiasi setelah serangan tersebut.

Wakil direktur politik lembaga penyiaran Iran, Hassan Abedini, mengatakan Iran telah mengevakuasi tiga lokasi nuklir ini “beberapa waktu lalu”.

Saat tampil di stasiun TV yang dikelola pemerintah, ia mengatakan Iran “tidak mengalami dampak besar karena materialnya telah dikeluarkan”.

Bagaimana Iran akan membalas?

Beberapa jam setelah aksi pengeboman AS, Iran meluncurkan rentetan rudal yang menghantam sebagian Tel Aviv dan Haifa di Israel. Setidaknya 86 orang terluka, kata para pejabat.

Pada Minggu (22/06), Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan AS “harus menerima tanggapan atas agresi mereka”.

“Kami selalu menyatakan bahwa kami siap terlibat dan bernegosiasi dalam kerangka hukum internasional, tetapi alih-alih menerima logika, pihak lain menuntut penyerahan diri bangsa Iran,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Koresponden keamanan BBC, Frank Gardner, mengatakan Iran sekarang harus memilih di antara tiga tindakan strategis dalam menanggapi serangan AS:

  • Pertama, tidak melakukan apa pun. Ini dapat menyelamatkan Iran dari serangan AS lebih lanjut. Bahkan Iran dapat memilih jalur diplomatik dan bergabung kembali dalam perundingan dengan AS. Namun, tidak melakukan apa pun membuat pemerintah Iran tampak lemah, terutama setelah memperingatkan ada akibat yang mengerikan jika AS benar-benar menyerang. Iran mungkin memutuskan bahwa risiko kehilangan cengkeraman terhadap penduduknya lebih besar ketimbang menanggung serangan AS.
  • Kedua, membalas dengan keras dan cepat. Iran masih punya persenjataan rudal balistik yang cukup besar setelah memproduksi dan menyembunyikannya selama bertahun-tahun. Iran memiliki daftar target berisi 20 pangkalan AS di Timur Tengah. Iran juga dapat meluncurkan “serangan berkelompok” terhadap kapal perang Angkatan Laut AS menggunakan pesawat nirawak dan kapal torpedo cepat.
  • Ketiga, membalasnya nanti pada waktu yang dipilihnya sendiri. Ini berarti menunggu hingga ketegangan saat ini mereda dan meluncurkan serangan mendadak saat pangkalan AS tidak lagi dalam keadaan siaga maksimum

Apa yang dikatakan Trump dan bagaimana reaksi politisi AS?

Trump mengonfirmasi serangan terhadap Fordo, Natanz, dan Isfahan melalui platform Truth Social miliknya pada pukul 06.50 WIB.

Hanya dalam waktu dua jam kemudian, Trump menyampaikan pidato yang disiarkan televisi.

Ia mengatakan bahwa serangan di masa mendatang akan “jauh lebih besar” kecuali Iran mencapai solusi diplomatik.

“Ingat, masih banyak target yang tersisa,” tambahnya.

Beberapa rekan Trump dari Partai Republik telah mengunggah pernyataan yang mendukung langkah tersebut, termasuk Senator Texas, Ted Cruz.

Senator Mitch McConnell, seorang Republikan mapan yang terkadang sangat kritis terhadap Trump, menyebut serangan AS adalah “tanggapan yang bijaksana terhadap para penghasut perang di Teheran”.

Tidak semua Republikan begitu mendukung. Aggota Kongres AS dari Negara Bagian Georgia, Marjorie Taylor Greene, yang biasanya merupakan pendukung setia Trump, mengatakan “ini bukan pertarungan kita”.

Anggota Kongres dari Partai Republik, Thomas Massie, yang awal pekan lalu mengajukan rancangan undang-undang yang akan memblokir keputusan Trump menyerang Iran tanpa persetujuan anggota parlemen, menggunakan media sosial X untuk menyebut serangan itu “tidak konstitusional”.

Dalam sebuah unggahan di media sosial, Trump menyebut Massie sebagai “pecundang yang menyedihkan”.

Pasal I Konstitusi AS menyebut kewenangan menyatakan perang berada di tangan Kongres, yaitu anggota DPR dan Senat.

Namun, Pasal II menyatakan presiden adalah panglima tertinggi angkatan bersenjata sehingga berwenang memerintahkan kekuatan militer guna mempertahankan AS dari serangan yang sebenarnya atau yang diantisipasi.

Tokoh Demokrat AS terkemuka, Hakeem Jeffrie,s mengatakan Trump membuat AS “terlibat dalam perang yang berpotensi membawa bencana di Timur Tengah”.

Politisi AS yang lain menuduh Trump mengabaikan Kongres demi melancarkan perang baru.

Bagaimana reaksi negara-negara lain?

UK, Prancis, dan Jerman meminta Iran untuk menghindari tindakan apa pun yang dapat “mendestabilisasi” Timur Tengah lebih lanjut.

Dalam pernyataan bersama, Perdana Menteri UK, Sir Keir Starmer; Presiden Prancis, Emmanuel Macron; dan Kanselir Jerman, Friedrich Merz, mengatakan bahwa mereka “secara konsisten menegaskan bahwa Iran tidak akan pernah memiliki senjata nuklir” dan mereka mendukung keamanan Israel.

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mengatakan serangan udara AS merupakan eskalasi yang berbahaya. Adapun Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mendesak semua pihak untuk mundur dan kembali ke meja perundingan.

Arab Saudi telah menyuarakan “kekhawatiran besar”, sementara Oman mengutuk serangan tersebut dan menyerukan de-eskalasi.

Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengatakan telah berbicara dengan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian. Modi kemudian menyerukan “dialog dan diplomasi sebagai jalan ke depan”.

Politikus Rusia, Dmitry Medvedev, sekutu Presiden Vladimir Putin, mengatakan: “Trump, yang datang sebagai presiden pembawa damai, telah memulai perang baru bagi AS.

“Dengan keberhasilan seperti ini, Trump tidak akan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian.”

Bagaimana pertikaian ini bermula?

Israel melancarkan serangan mendadak terhadap puluhan target nuklir dan militer Iran pada 13 Juni.

Israel mengatakan ambisinya adalah untuk membongkar program nuklir Iran, yang menurut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, akan segera dapat menghasilkan bom nuklir.

Iran berkeras bahwa program nuklirnya bersifat damai. Sebagai balasan, Teheran meluncurkan ratusan roket dan pesawat nirawak ke Israel.

Kedua negara terus saling serang sejak itu, dalam perang udara yang kini telah berlangsung lebih dari seminggu.

Trump telah lama mengatakan bahwa ia menentang Iran memiliki senjata nuklir. Israel diyakini memilikinya, meskipun Israel tidak membenarkan atau membantahnya.

Pada Maret, direktur intelijen nasional AS, Tulsi Gabbard, mengatakan bahwa meskipun Iran telah meningkatkan stok uraniumnya ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, Iran tidak membangun senjata nuklir—sebuah penilaian yang menurut Trump “salah”.

Selama kampanye, Trump telah mengritik pemerintahan AS sebelumnya karena terlibat dalam “perang tak berujung yang bodoh” di Timur Tengah. Dia lantas berjanji menjauhkan Amerika dari konflik asing.

AS dan Iran sedang dalam perundingan nuklir saat Israel melakukan serangan mendadak.

Hanya dua hari yang lalu, Trump mengatakan akan memberi Iran waktu dua pekan untuk melakukan perundingan—tetapi ternyata jangka waktu itu jauh lebih singkat.

Tinggalkan Balasan