Diddy dibebaskan dari tuduhan pemerasan dan perdagangan seks – Apa saja kesaksian mantan staf sang bintang rap?

-
- Penulis, Rianna Croxford dan Larissa Kennelly
- Peranan, BBC News Investigations
- X,
Pengadilan Amerika Serikat menolak permohonan jaminan bagi Sean “Diddy” Combs setelah panel juri menyatakan ia bersalah atas tuduhan memfasilitasi prostitusi. Namun, bintang rap itu dibebaskan dari dakwaan pemerasan dan perdagangan seks.
Peringatan: Artikel ini mengandung detail yang mungkin membuat beberapa pembaca merasa terganggu.
Panel yang terdiri dari 12 juri berunding selama 13 jam sebelum putusan Combs diumumkan.
Suasana di pengadilan menjadi emosional setelah Combs dibebaskan dari tuduhan paling serius: pemerasan dan perdagangan seks.
Kedua dakwaan itu sama-sama memuat ancaman hukuman maksimal penjara seumur hidup.
Combs berlutut setelah mendengar bunyi putusan. Ia menundukkan wajahnya ke kursi, dan tampak sedang berdoa. Badannya gemetar.
Kuasa hukum Combs berargumen bahwa klien mereka tidak berpotensi melarikan diri mengingat jet pribadinya sedang disewa di Hawaii.
Akan tetapi, Hakim Arun Subramanian merujuk pada riwayat kekerasan Comb dan memutuskan penyanyi rap itu harus tetap berada di balik jeruji besi hingga vonis dijatuhkan.
Dengan begitu, Combs akan tetap ditahan di penjara federal Brooklyn tempat ia ditahan sejak September silam.
Sidang vonisnya untuk sementara ini dijadwalkan pada 3 Oktober. Combs berpotensi menghadapi hukuman maksimal 20 tahun penjara.

Sumber gambar, Getty Images
Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.
Klik di sini
Akhir dari Whatsapp
Persidangan federal itu berlangsung hampir dua bulan di New York City. Jaksa menuduh Combs menggunakan status pesohor dan kerajaan bisnisnya untuk menjalankan perdagangan seks perempuan.
BBC telah melihat pesan dan rekaman dari mantan pegawai di rumah Combs.
Para staf juga menggambarkan secara detail bagaimana rasanya bekerja di kapal pesiar mewah sewaan milik Diddy serta berbagai propertinya di Hamptons, Beverly Hills, dan di Star Island, Miami.
Pengalaman mereka meliputi lima hingga 10 tahun terakhir, periode yang menjadi sorotan selama persidangan pidana Combs di New York.
Pada akhir persidangan hari Rabu (02/07), pria berusia 55 tahun itu dibebaskan dari dakwaan paling serius: pemerasan, dan dua tuduhan perdagangan seks terkait mantan pasangannya, Casandra Ventura, serta perempuan yang disebut sebagai “Jane”.
Namun, juri menyatakan Combs bersalah atas dua dakwaan lain yang berkaitan dengan memfasilitasi prostitusi kedua perempuan itu.
BBC juga telah melihat materi yang memperlihatkan Combs sebagai atasan yang “menakutkan” dan tidak terduga. Ia kerap melakukan “uji kesetiaan” yang mengejutkan dan tuntutannya makin lama makin ekstrem.
Para pegawai menggambarkan bagaimana pesta seks Diddy—yang disebut “freak-off” terkadang berlangsung berhari-hari dan diadakan di berbagai lokasi di seluruh dunia.
Staf diminta menyiapkan tas berisi “baby oil, pelumas, dan bohlam merah”—untuk menciptakan suasana bernuansa merah yang disukai Combs—di samping narkoba golongan A ke mana pun ia bepergian.
‘Pesta liar’
Diddy memegang kendali ketat atas lingkaran orang-orang dekatnya di rumah megah tepi pantai senilai US$48 juta (sekitar Rp783 miliar) yang terletak di pulau buatan eksklusif di Miami.
“Saya tidak akan transparan dengan kalian,” Combs memperingatkan staf suatu hari dalam sebuah catatan suara yang bertele-tele, yang diunggah di grup WhatsApp karyawan pada tahun 2020.

Sumber gambar, Reuters
Nada suaranya serak.
“Ada beberapa tempat gelap yang kalian [SENSOR] tidak boleh datangi. Tetaplah di tempat kalian.”
Para staf mengatakan Combs adalah pribadi yang intens, banyak menuntut, dan suasana hatinya mudah berubah. Sebagian berpendapat perilaku ini tidak lepas dari gaya hidup pesta narkoba.
Tingkat pergantian staf sangat tinggi. Salah satu mantan manajer properti mengatakan jumlah orang yang mengisi posisi manajer rumah Combs berganti lebih dari 20 kali hanya dalam dua tahun.

Mantan asisten eksekutif senior Combs, Phil Pines, mengatakan penyanyi rap itu tidak mengucapkan sepatah kata pun saat ia pertama kali mulai bekerja pada tahun 2019.
Rasanya seperti diplonco, menurut pria berusia 40 tahun itu kepada BBC. “Kami tidak saling bicara selama 30 hari.”
Sementara asisten lainnya bernama Ethan (bukan nama sebenarnya) mengenang sikap bosnya yang tidak bisa diduga.
“Dia bukan orang yang sehat. Terkadang sangat agresif, terkadang sangat manis.”
Ethan—dan banyak mantan staf lainnya—menggunakan nama samaran karena mereka masih bekerja di industri perhotelan dengan klien berpenghasilan tinggi. Berbicara tentang Combs secara terbuka dapat merusak karier.
Ethan menunjukkan bekas luka kecil di dahinya.
Dia mengklaim Combs membanting gelas ke dinding saking marahnya dan pecahan gelas itu melukai wajah Ethan.
Phil Pines dan Ethan adalah bagian dari sekelompok kecil asisten Combs yang paling dipercaya.
Mereka mengatakan Combs sering memanipulasi para pegawai.

Ethan mengenang salah satu tes kesetiaan dari Combs.
Saat berlayar mengarungi Samudra Atlantik, Combs melepaskan salah satu cincinnya lalu melemparkannya ke laut.
Dia kemudian menoleh ke arah Ethan dan menyuruhnya terjun untuk mengambil cincin itu.
Mereka saat itu sedang menghadiri acara formal. Ethan, sama seperti bosnya, mengenakan setelan jas rapi.
Namun, itu tidak menghentikannya Ethan untuk langsung melompat menyelamatkan cincin tersebut.
Dalam insiden lain, Pines mengatakan Combs pernah memanggilnya ke kediamannya setelah tengah malam. Pines diminta mengambil remote TV yang ada di bawah tempat tidur yang sedang ditempati Combs bersama seorang tamu perempuan.
“Lihat? Dia pegawai setia dan sekarang dia boleh pulang,” kenang Pines, menirukan perkataan Combs kepada tamunya.
Pines mengaku diperlakukan bak binatang.
Sisi gelap Combs tidak berhenti sampai di situ.
Pines menceritakan bagaimana Kristina Khorram, kepala staf Combs, meminta dirinya untuk membantu persiapan Wild Kings Night (Pesta Raja Liar).
“Saya diminta menyiapkan daftar panjang barang untuknya,” kata Pines.
“Saya membatin: mengapa tidak ada yang menjelaskan ini kepada saya sebelumnya?”
Dalam salah satu percakapan yang dilihat BBC, Khorram mengirim pesan teks kepada Pines untuk menyiapkan tas berisi jumlah barang dalam dua jam.
Di percakapan lain, Khorram memesan tujuh botol baby oil dan tujuh botol pelumas Astroglide serta es kopi vanila.

“Mengumpulkan sekeranjang baby oil dan Astroglide di toko adalah hal yang sangat, sangat memalukan. Saya selalu berpura-pura sedang menelepon,” kata Pines.
Dalam persidangan Combs, jaksa penuntut menunjukkan bukti pasokan yang mereka katakan disiapkan untuk “pesta seks Diddy”.
Penggerebekan polisi di rumah mewah Combs di Los Angeles menemukan narkoba dan lebih dari 1.000 botol baby oil.
Sejak tiga bulan pertama bekerja, Pines mulai khawatir dengan frekuensi permintaan ini.
“Awalnya sehari sekali, kemudian menjadi dua kali sehari setiap pekan.”
Pines mengatakan banyak perempuan yang menyambangi rumah Combs—rupanya untuk seks. Ethan menambahkan pria muda juga dipanggil ke pesta-pesta itu.
Menurut Pines, beberapa dari pemuda-pemudi ini tampak seperti teman-teman dari para anak laki-laki Combs. Sebagian dari perempuan muda kemudian terlihat “bercengkerama” dengan Combs.
Pines mengaku khawatir karena beberapa tamu ini—yang terlihat seperti awal 20-an—”terlalu muda” dan “gampang dipengaruhi” bosnya yang saat itu berusia 50 tahun.

“Beberapa perempuan terlihat tidak nyaman atau setidaknya tampak seperti baru saja melewati malam yang liar,” kata Pines.
Suster perempuan biasanya berkunjung keesokan harinya dengan membawa infus. Dia bertugas membantu para tamu pulih setelah “berpesta 24 jam” tanpa henti tanpa makanan.
Pines mengenang seorang tamu muda yang dengan gelisah mengaku kepadanya bahwa ini adalah pengalaman pertamanya.
Pines diinstruksikan untuk mengantar perempuan itu pulang dari kediaman Combs di Miami.
“Dia sedikit gemetar dan menggigil, seperti sedang sakau,” tuturnya.
Pesta seks yang melibatkan narkoba ini berulang kali dibahas selama persidangan Combs.
Casandra Ventura, mantan pasangan Combs, bersaksi bahwa ia dipaksa berhubungan seks dengan pekerja seks pria di bawah ancaman pemukulan dan pemerasan selama bertahun-tahun.
Penyanyi rap itu dituduh merekam semua adegan dengan kamera.
Ventura mengatakan peristiwa ini terkadang berlangsung berhari-hari dan mengharuskannya mengonsumsi obat dalam jumlah tak terhitung agar tetap terjaga.
Mantan pacar Combs lainnya memberikan bukti bahwa ia ditekan untuk memenuhi tuntutan si penyanyi rap biaya sewa rumahnya ditanggung Combs.
Perempuan itu mengaku pesta-pesta itu membuatnya merasa “jijik” dan mengalami sakit fisik.
Dalam persidangan, pengacara Combs mengatakan kliennya mengakui kekerasan dalam rumah tangga, tetapi berargumen bahwa semua pertemuan seksual itu atas dasar suka sama suka.
Mereka menyebut Combs memiliki “gaya hidup swingers alias tukar pasangan”.
BBC memahami setidaknya satu staf diminta untuk mencari pekerja seks daring untuk berpartisipasi dalam Pesta Raja Liar. Tangkapan layar pekerja seks itu kemudian dikirimkan kepada Combs untuk persetujuan.
Pines mengaku tidak tahu apa yang terjadi pada pesta-pesta tersebut, tetapi ia yang bertugas menangani akibatnya.
“Seperti kapal pecah,” katanya. “Minyak berceceran di seluruh lantai. Ganja di mana-mana… Saya memakai sarung tangan dan masker untuk bersih-bersih.”
“Dia [Combs] cuma bangun, memakai hoodie [sweter], dan keluar ruangan.”

Pada suatu kesempatan, Pines menyaksikan Combs mendorong dan menendang seorang tamu perempuan dalam pertengkaran yang berlanjut sampai di luar rumah.
Combs memaki perempuan itu dan berkata “kembalikan hoodie saya,” kenang Pines.
“Tamu perempuan itu melepas hoodie dan bertelanjang dada. Saya melepas jaket saya dan melilitkannya padanya untuk melindunginya.”
Tamu itu pergi dengan Uber sambil menangis. Namun, kurang dari seminggu, dia kembali ke rumah Combs.
“Dia kembali tak lama setelah itu. Setelah makan malam dan diberi hadiah… dia masuk lagi ke lingkaran Combs.”
Pines menceritakan insiden secara mendetail kepada atasannya, Khorram.
“Dia bilang: ‘Jangan pernah membicarakan ini lagi,'” kenangnya,

Sumber gambar, Reuters
Kristina Khorram tidak menanggapi permintaan wawancara BBC.
Namun, dia sebelumnya sudah menyanggah tuduhan terhadapnya.
Dalam pernyataan kepada CNN Maret silam, Khorram menyebut tuduhan terhadap dirinya “palsu” dan “menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki dan tak terhitung pada reputasi saya dan kesejahteraan emosional diri saya serta keluarga saya”.
“Saya tidak pernah membenarkan atau membantu dan bersekongkol dalam penyerangan seksual siapa pun. Saya juga tidak pernah membius siapa pun,” katanya saat itu.
Para pegawai diminta menghilangkan semua jejak pesta seks Diddy.
Menurut Pines, ini termasuk membersihkan noda tubuh dari seprai, membuang narkoba, dan, menghapus rekaman “berbau” pertemuan seksual dari ponsel serta laptop pribadi bosnya.
Bukan hanya Pines yang terganggu dengan pesta seks ini.
“Ada hal-hal yang saya lihat dengan mata kepala sendiri dan tidak akan pernah hilang dari memori,” kata Ethan.
Ia mengingat bagaimana Combs terkadang memintanya masuk ke kamar untuk “membawakan air atau pil peningkat gairah pria” saat aktivitas seks sedang berlangsung.

Sumber gambar, Getty Images
Pines telah mengajukan gugatan perdata terhadap Combs.
BBC menghubungi pengacara Combs untuk menanggapi tuduhan Pines.
Berikut pernyataan mereka: “Berapa pun banyaknya gugatan yang diajukan, itu tidak akan mengubah fakta bahwa Tuan Combs tidak pernah melakukan penyerangan seksual atau perdagangan seks terhadap siapa pun—laki-laki atau perempuan dewasa atau di bawah umur. Kita hidup di dunia di mana siapa pun bisa mengajukan gugatan dengan alasan apa pun.”
Pines mengingat sebuah insiden yang sangat mengerikan sekitar November 2020.
Saat itu, ia diminta tetap tinggal setelah jam kerja untuk menyiapkan pesta lanjutan di rumah mewah Miami.
Combs dan tamu-tamunya “berpesta di bawah sinar matahari, mengonsumsi jamur, merokok, minum sepanjang hari—jadi mereka benar-benar mabuk berat saat itu,” tutur Pines.
Pines mengatakan Combs kemudian mengajaknya minum dan memintanya “membuktikan kesetiaan”.
Combs menyerahkan kondom kepada Pines dan mendorongnya ke arah seorang tamu perempuan yang berbaring di sofa terdekat.
“Badan saya terasa membeku. Saya berusaha memproses apa yang terjadi. Tubuh ini terasa dingin dan ada banyak tekanan di pundak saya,” tutur Pines.
Pines mengatakan tamu perempuan itu memberi persetujuan dan mereka berhubungan seks sampai Combs mulai “beranjak ke ruangan lain”.
“Saya tidak menginginkan semua itu,” katanya. “Begitu [Combs] hilang dari pandangan, saya langsung pakai celana dan segera angkat kaki.”
“Itu adalah permainan kekuasaan. Saya merasa dipaksa. Semua itu hanyalah manipulasi.”
Tas Gucci
Ketika rombongan Combs bepergian ke luar negeri, narkoba milik sang mogul selalu ikut serta. Barang itu disembunyikan dalam brankas di dalam jet pribadi senilai US$60 juta (Rp972 miliar).
“Bahkan untuk perjalanan satu hari, misalnya berlayar dengan kapal pesiar selama empat jam, barang harus dibawa karena dia mungkin menggunakannya,” kenang Pines.
Ia mengklaim jamur, ketamin, dan ekstasi disimpan dalam tas Gucci hitam kecil bersama baby oil, pelumas, dan bohlam merah.
Pengacara Combs mengakui selama persidangan bahwa ia mendapatkan narkoba, tetapi bersikeras itu hanya untuk penggunaan pribadi.

Pines teringat sebuah insiden mendebarkan di Venesia pada musim panas 2021.
Pihak berwenang Italia menginterogasi staf Combs selama satu jam. Pines khawatir apabila polisi menemukan narkoba di dalam bagasi, maka dia yang akan dijadikan kambing hitam.
Mantan asisten pribadi Combs, Brendan Paul, ditangkap atas tuduhan kepemilikan narkoba saat bersama Combs di bandara Miami pada Maret 2024.
Penangkapan itu terjadi pada hari yang sama ketika polisi menggerebek rumah si selebritas. Tuduhan tersebut kemudian dibatalkan setelah Paul menyelesaikan program pengalihan pra-sidang.
Selama persidangan Combs, Paul, 26 tahun, bersaksi bahwa ia menemukan kokaina setelah “membersihkan” kamar bosnya dan lupa bahwa narkoba itu ada di dalam tasnya saat mereka bersiap untuk berlibur di Bahama.
Kepada pengadilan, Paul bersaksi bahwa dia tidak memberi tahu penegak hukum bahwa narkoba itu milik Combs karena alasan “loyalitas”.
Kesabaran Pines mencapai puncaknya pada Desember 2021. Ia mengaku sudah tak tahan lagi.
“Gaji berapapun tidak sebanding dengan pengalaman yang saya alami. Terlalu berat untuk ditanggung.”
Saat ditanya mengapa staf tidak angkat bicara lebih awal, Pines mengatakan semua orang takut kepada Combs.
“Dia orang yang sangat menakutkan. Tidak peduli apakah Anda karyawannya, kontraktor, pacar, tamu… dia adalah orang yang sangat berpengaruh,” katanya.

Sumber gambar, Getty Images
Awalnya, Ethan meyakini Combs memiliki “orang-orang terpercaya” yang bisa melindunginya.
Namun, mantan bosnya ditangkap, pandangan Ethan berubah.
“Jelas sebagai selebritas, dia bisa memotong banyak jalan,” renungnya, tetapi “dia tetap saja tidak bisa menghindari hukum”.
Pines mengaku didekati para agen federal di Departemen Keamanan Dalam Negeri sebagai bagian dari penyelidikan kriminal pada musim panas lalu.
Ia kemudian dipanggil secara hukum untuk membeberkan bukti sebelum persidangan Combs.
Para mantan asisten lain yang bekerja untuk Combs antara tahun 2014 dan 2024 bersaksi di pengadilan selama persidangan.
“Saya mesti angkat topi untuk Cassie Ventura karena begitu berani menghadapi [Combs],” kata Pines.
Dalam gugatan perdata yang diajukan pada November 2023, Combs dituding menjebak Ventura dalam siklus kekerasan dan pelecehan seksual.
Gugatan tersebut diselesaikan dengan pembayaran US$20 juta (Rp324,4 miliar) hanya sehari setelah diajukan. Namun, puluhan gugatan lain menyusul dengan cepat—kini ada lebih dari 60 kasus perdata terhadap Combs yang masih harus diselesaikan.
“[Ventura] membuka pintu bagi orang-orang seperti saya untuk maju. Orang-orang yang mengalami hal serupa tetapi merasa dibungkam dan tidak berdaya melawan pihak yang berkuasa,” kata Pines.