‘Warga Gaza ditembaki saat cari bantuan’ – Kesaksian pekerja lembaga distribusi bantuan kepada BBC
-
- Penulis, Lucy Williamson
- Peranan, BBC Middle East correspondent
Seorang mantan pekerja kontrak keamanan, di lokasi distribusi bantuan untuk Gaza, mengatakan kepada BBC bahwa warga Palestina yang kelaparan ditembaki, bahkan dengan menggunakan senapan mesin, meski mereka tidak menimbulkan ancaman.
Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) membantah keras tudingan ini.
Pekerja kontrak yang meminta identitasnya ditutup ini berkata, pada sebuah peristiwa seorang penjaga di lokasi pembagian bantuan menembaki sekelompok perempuan, anak-anak, dan orang tua dengan menggunakan senapan mesin dari menara pengawas.
Alasannya, menurut kesaksian pekerja kontrak yang berbicara kepada BBC, warga Gaza tersebut berjalan terlalu lambat untuk pergi dari lokasi distribusi bantuan.
“Saat itu yang terjadi, para pekerja lain di lokasi, berdiri di gundukan yang menghadap ke gerbang keluar. Lalu, ada 15 sampai 20 tembakan berulang yang menembaki kerumunan warga Palestina,” ujarnya.
Akhir dari Paling banyak dibaca
“Seorang laki-laki Palestina jatuh ke tanah. Tak bergerak. Kemudian, pekerja lain berdiri di sana mengatakan ‘wah, kamu berhasil dapat satu’. Lalu, mereka tertawa,” ujarnyanya.
Pekerja kontrak yang meminta identitasnya ditutup ini juga mengungkapkan manajer GHF telah menepis laporannya dan menilai insiden itu hanya sebuah kebetulan karena bisa saja pria Palestina itu jatuh “tersandung” atau “lelah dan pingsan”.
GHF mengatakan tuduhan itu keliru. Mereka menunjukkan sebuah pernyataan yang berbunyi tidak ada warga sipil yang pernah ditembaki di titik distribusi di bawah GHF.
GHF juga mengeklaim bahwa orang yang membuat tuduhan ini adalah “bekas pekerja kontrak yang tidak puas” karena telah diberhentikan akibat pelanggaran.
Namun pekerja yang berbicara kepada BBC ini menampik penjelasan GHF. Dia menunjukkan slip gaji yang menunjukkan bahwa dia masih dibayar selama dua minggu setelah meninggalkan jabatannya.

Sumber gambar, ISTIMEWA
Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.
Klik di sini
Akhir dari Whatsapp
Pekerja ini berkata bahwa dia bekerja di empat titik distribusi GHF. Sepanjang pengalamannya, dia melihat budaya impunitas dengan sedikit aturan dan kontrol di dalam lembaga tersebut.
Menurutnya, pekerja kontrak tidak diberi aturan kerja atau prosedur operasi standar yang jelas. Hanya saja, ada pimpinan tim yang memberitahu: “jika kamu merasa terancam, tembak-tembak saja untuk membunuh dan tanyakan nanti”.
Pimpinan tim juga menyebut orang Gaza sebagai “gerombolan zombie”, kata pekerja kontrak tersebut, “menyindir bahwa orang-orang ini tidak memiliki nilai.”
Selain itu, budaya yang terasa adalah semacam “kami akan pergi ke Gaza, jadi tidak perlu aturan. Lakukan apa saja yang kamu inginkan.”
“Jika seorang warga Palestina berjalan menjauh dari lokasi dan tidak menunjukkan permusuhan, dan kami menembakkan tembakan peringatan ke arah mereka, kami salah, kami lalai secara kriminal,” ujarnya.
Baca juga:
Akan tetapi, warga Palestina dihadapkan pada ancaman bahaya lain di luar tembakan ketika berada di titik penyaluran bantuan milik GHF. Mereka bisa terkena serpihan granat, disemprot dengan semprotan merica, atau didorong ke kawat berduri.
Pekerja ini mengaku telah menyaksikan beberapa kejadian ketika warga Palestina terluka parah. Salah satu kejadian itu adalah saat seorang laki-laki yang disemprot dengan sekaleng penuh semprotan merica tepat di wajahnya dan ada seorang perempuan yang terkena granat saat dilontarkan di tengah kerumunan.
“Potongan logam ini mengenai kepalanya secara langsung dan dia jatuh ke tanah, tidak bergerak,” katanya. “Aku tidak tahu apakah dia sudah mati. Aku tahu faktanya dia tidak sadarkan diri dan benar-benar lemas.”
GHF memulai operasinya di Gaza pada akhir Mei lalu untuk mendistribusikan bantuan terbatas dari beberapa lokasi di Gaza selatan dan tengah.
Saat itu, blokade di Gaza oleh Israel telah berjalan selama 11 minggu yang mengakibatkan tidak ada makanan yang memasuki wilayah tersebut.
Sejak GHF dimulai, pasukan Israel telah membunuh lebih dari 400 orang Palestina yang mencoba mengambil bantuan makanan dari lokasinya, menurut catatan PBB dan dokter setempat.
Israel membuat klaim sistem distribusi baru ini menghentikan bantuan yang dikirim ke Hamas.
Namun, sistem distribusi bantuan yang dijalankan GHF ini dikritik secara luas karena memaksa sejumlah besar orang untuk berjalan melalui zona pertempuran aktif menuju beberapa lokasi penyaluran bantuan.

Sumber gambar, Reuters
Awal pekan ini, lebih dari 170 badan amal dan lembaga swadaya masyarakat lainnya menyerukan agar GHF ditutup.
Organisasi, termasuk Oxfam dan Save the Children, mengatakan pasukan Israel dan kelompok bersenjata “secara rutin” menembaki warga Palestina yang mencari bantuan.
Israel membantah tentaranya dengan sengaja menembak penerima bantuan. Israel juga kembali mengeklaim sistem GHF ini memberikan bantuan langsung kepada orang-orang yang membutuhkan tanpa ada campur tangan Hamas.
GHF mengatakan telah mengirimkan lebih dari 52 juta makanan dalam lima minggu dan menyebut organisasi lain “berdiri tanpa daya saat bantuan mereka dijarah”.
Militer Israel melancarkan operasi militer di Gaza usai serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel, yang diklaim menewaskan sekitar 1.200 orang dan 251 lainnya disandera.
Sementara itu, akibat operasi militer itu setidaknya 57.130 orang telah terbunuh di Gaza, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah itu.
—
Laporan tambahan oleh Gidi Kleiman dan Samantha Granville