KUBET – Apa yang diketahui soal evakuasi pendaki Brasil yang jatuh dari tebing Gunung Rinjani?

Apa yang diketahui soal evakuasi pendaki Brasil yang jatuh dari tebing Gunung Rinjani?

Juliana Marins

Sumber gambar, Dokumen keluarga

Keterangan gambar, Juliana Marins jatuh di Gunung Rinjani, pada Sabtu (21/06).

Tims SAR memastikan bahkan pendaki Brasil yang jatuh dari tebing Gunung Rinjani pada Sabtu (21/06) “dipastikan dalam kondisi meninggal dunia” saat menjangkau perempuan tersebut pada kedalaman 600 meter pada Selasa (24/06) malam.

Hingga Selasa (24/06) malam, tim SAR gabungan masih mengupayakan evakuasi Juliana, warga negara Brasil yang terperosok ke jurang di ketinggian Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Juliana Marins, 26 tahun, terperosok ketika mendaki gunung Rinjani pada Sabtu (21/06).

Merujuk keterangan resmi Basarnas, pada Selasa (24/06) pukul 18.00 Wita, salah satu anggota tim SAR berhasil menjangkau korban pada kedalaman 600 meter. Namun, saat dilakukan pemeriksaan terhadap korban “tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan”.

Beberapa menit sesudahnya, tiga anggota SAR gabungan menyusul turun mendekati korban.

“Setelah dikonfirmasi, dipastikan korban dalam kondisi meninggal dunia, selanjutnya korban dilakukan wrapping survivor,” tulis Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, Mohammad Syafii, dalam keterangan tertulis yang diterima BBC News Indonesia pada Selasa (24/06) malam.

Dia melanjutkan, setelah mendapatkan informasi tentang kondisi korban, tim SAR gabungan yang berada di posisi terakhir Juliana, menyiapkan sistem evakuasi.

Lewati Whatsapp dan lanjutkan membaca

Akun resmi kami di WhatsApp

Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.

Klik di sini

Akhir dari Whatsapp

Pada pukul 19.00 Wita, disebabkan oleh cuaca yang tidak memungkinkan, kata Mohammad dalam keterangan tertulisnya, diputuskan evakuasi korban akan dilakukan pada Rabu (25/06) pagi dengan metode lifting (korban diangkat ke atas)..

Kemudian, evakuasi dilanjutkan dengan menyusuri rute pendakian menuju Posko Sembalun dengan cara ditandu.

“Selanjutnya, dari Posko Sembalun, akan dievakuasi menggunakan helikopter ke RS Bhayangkara Polda NTB,” kata Mohammad.

Sebelumnya, tim SAR telah menemukan posisi Juliana pada Senin (23/06) pada kedalaman 500 meter dari posisi semula. Kendati begitu kondisinya belum bisa dipastikan.

“Kami sudah menemukan titik di mana survivor ini ditemukan berada. [Lewat] pemantauan drone. Kami tidak melihat bahwa survivor bergerak. Kami belum bisa memastikan,” kata kepala Kepala Kantor SAR Mataram, Muhammad Hariyadi, pada Selasa (24/06).

Ini bukan kali pertama pendaki jatuh dari tebing di gunung tertinggi kedua di Indonesia.

Kendala dan rencana evakuasi

Di sekitar lokasi penyelamatan, sekitar 50 orang anggota tim gabungan, yang terdiri dari tim SAR, TNI, Polisi, relawan, tour guide, dan porter masih bersiap untuk melakukan aksi penyelamatan di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu, pada Selasa (24/06).

Kepala Kantor SAR Mataram, Muhammad Hariyadi, cuaca yang tak menentu ini menjadi tantangan dalam operasi yang sudah berlangsung hampir empat hari terakhir.

“Kendala yang paling utama di sini kan medan yang sangat terjal. Di samping itu juga sewaktu-waktu kabut di lokasi yang sangat tebal dan tidak dimungkinkan untuk melakukan pencarian pada saat kondisi berkabut,” kata Hariyadi.

Proses evakuasi pendaki Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani

Sumber gambar, BASARNAS

Keterangan gambar, Proses evakuasi pendaki Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani

Hingga Selasa (24/06) siang, Hariyadi masih belum bisa memastikan metode yang paling tepat untuk evakuasi, karena masih menunggu penilaian baik dari tim di lapangan atau pun pantauan dari helikopter yang saat ini sedang dilakukan.

Opsi mengevakuasi korban menggunakan helikopter juga pilihan yang terbuka. Tapi, kata Hariyadi, semuanya bergantung kondisi cuaca.

Dikutip dari kantor berita Antara, Gubernur Nusa Tenggara Barat, Lalu Muhammad Iqbal, menyatakan akan menjalin komunikasi dengan PT Amman Mineral Nusa Tenggara yang memiliki helikopter khusus untuk operasi di medan ekstrem.

“Lakukan kemampuan terbaik kita, termasuk kemungkinan rescue melalui airlifting menggunakan helikopter dengan pilot spesifikasi airlifter supaya tidak kehilangan golden time penyelamatan,” ujarnya.

Dia menambahkan bahwa hingga saat ini pihaknya belum bisa memastikan hingga kapan evakuasi ini akan dilakukan.

“Kami menyesuaikan dengan situasi kondisi di lapangan saja. Mohon doanya. Semoga lebih cepat, lebih baik.”

Bagaimana kronologi kejadian?

Jumat (20/06) Kementerian Kehutananan, yang turut mengoordinasikan upaya penyelamatan ini, menyebutkan Juliana memulai pendakian melalui pintu Sembalun pada Jumat 20 Juni bersama 12 rekan lainnya.

Dua anggota kelompok Juliana menggambarkan pendakian itu sulit. Sementara salah satunya mengatakan pendakian itu “sangat sulit” dan “sangat dingin, benar-benar sangat berat”, seperti dikutip dari jaringan TV Brasil Globo.

Salah satu anggota kelompok itu mengatakan pada saat kecelakaan terjadi, Juliana berada di belakang kelompok yang mendaki bersama pemandu mereka.

“Saat itu masih sangat pagi, sebelum matahari terbit, dalam kondisi jarak pandang yang buruk dengan hanya lentera sederhana untuk menerangi medan yang sulit dan licin,” katanya.

Sabtu (21/06) Korban dilaporkan terjatuh ke arah Danau Segara Anak dengan perkiraan kedalaman150-200 meter. Kejadian berlangsung sekitar pukul 06.30 Wita, tepatnya di titik Cemara Nunggal yang merupakan jalur menuju puncak Rinjani.

Otoritas Taman Gunung Rinjani mengatakan dalam unggahan media sosial bahwa tim penyelamat pada hari Sabtu telah mendengar teriakan minta tolong Juliana.

Rekaman drone dan klip lain yang direkam oleh pendaki yang telah beredar online dan disiarkan oleh media Brasil juga menunjukkan bahwa dia masih hidup pada hari Sabtu.

Dia terlihat duduk dan bergerak di tanah abu-abu, jauh di bawah jalur pendakian.

Namun pada hari itu juga, tim penyelamat tidak dapat menemukannya ketika mereka turun 300 meter ke lokasi yang mereka yakini sebagai tempatnya berada. Dia juga tidak menanggapi ketika mereka memanggilnya.

Minggu (22/06) Rekaman drone menunjukkan bahwa Juliana tidak lagi berada di lokasinya. Kabut tebal telah menghambat upaya penyelamatan dan memengaruhi penggunaan drone termal.

Senin (23/06) Tim penyelamat dapat menemukan Juliana kembali, yang tampaknya telah jatuh lebih jauh, tetapi harus menghentikan pekerjaan karena cuaca buruk.

Peta Gunung Rinjani

Sumber gambar, BASARNAS

Keterangan gambar, Gunung Rinjani.

Bagaimana kasus ini bergulir di media sosial?

Insiden ini cukup menyita perhatian warganet di media sosial.

Di platform Instagram, akun @resgatejulianamarins diklaim diciptakan pihak keluarga dengan 1,2 juta pengikut hingga artikel ini diterbitkan.

Beberapa unggahan di akun ini mengabarkan perkembangan terbaru evakuasi, bersama dengan desakan-desakan agar pemerintah Indonesia serius mengevakuasi.

Warganet Brasil juga terlihat memberi banyak komentar di akun Instagram Presiden Prabowo Subianto dalam beberapa hari terakhir.

Mereka mendesak pemerintah Indonesia untuk segera menyelamatkan Juliana.

Proses evakuasi pendaki Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani

Sumber gambar, BASARNAS

Keterangan gambar, Proses evakuasi pendaki Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani

Salah satu komentar itu juga mendesak pemerintah Indonesia untuk menerima dukungan teknis dari negara tetangga dan komunitas internasional sembari mengingatkan bahwa mata internasional mengawasi upaya evakuasi ini.

Sementara itu Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, menyatakan pemerintah Indonesia serius dalam menangani dan melakukan evakuasi.

Sebagai bagian dari upaya penyelamatan, empat helikopter katanya juga sudah dipersiapkan.

“Pemerintah semua serius untuk menangani kasus ini, jam 7 pagi tadi teman-teman dari balai dan semua sudah ke TKP lagi, bahkan Pak Basarnas mengatakan bahwa satu pesawat helikopter sudah standby, Pak Gubernur juga sudah men-standby-kan tiga jenis helikopter yang memungkinkan untuk turun,” kata Raja Antoni.

Siapa Juliana Marins?

Media Brasil dan keluarga perempuan tersebut mengidentifikasinya sebagai Juliana Marins, berusia 26 tahun.

Beberapa unggahan di akun yang diklaim diinisiasi oleh pihak keluarga menyebut Juliana adalah pengembara yang berani.

Salah seorang rekannya juga menyebut Juliana sudah menabung dan mempersiapkan sejak liburan ‘backpacking’ pekerja keras yang menabung dengan rajin untuk mempersiapkan pengembaraannya.

Menurut rekannya tersebut, Juliana telah mengunjungi beberapa negara Asia Tenggara seperti Thailand, Filipina, Vietnam, dan Indonesia.

Jalur pendakian ditutup sementara

Jalur pendakian dari Pelawangan 4 Sembalun ke puncak Gunung Rinjani ditutup sementara. Penutupan dilakukan hingga proses evakuasi pendaki asal Brasil tersebut selesai dilakukan.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Yarman Wasur mengatakan aktivitas pendakian dari Pelawangan 4 jalur wisata Pendakian Sembalun menuju puncak gunung rinjani ditutup sementara mulai 24 Juni 2025 sampai dengan batas waktu yang tidak ditentukan atau sampai dengan proses evakuasi korban selesai dilakukan.

Yarman mengatakan penutupan sementara ini dilakukan untuk mempercepat proses evakuasi hingga mempertimbangkan aspek keselamatan pengunjung dan tim evakuasi.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Kehutanan, Satyawan Pudyatmoko, mengatakan kepada BBC News Indonesia pada hari Senin (23/06) bahwa jalur tersebut tidak ditutup karena itu “tidak akan mengganggu proses evakuasi”.

Hanya saja, kata Satyawan, pendaki diperingatkan dan diarahkan untuk tidak mendekati lokasi evakuasi.

Dia juga menambahkan bahwa beberapa pendaki telah melakukan pemesanan online dan menempuh perjalanan jauh untuk sampai ke Gunung Rinjani.

“Menutup pendakian berpotensi menyebabkan kekacauan bagi para pendaki itu,” katanya.

Insiden berulang

Dengan ketinggian lebih dari 3.700 meter, Gunung Rinjani adalah gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia dan tempat pendakian populer bagi wisatawan, termasuk Juliana. Tapi insiden yang menimpanya bukanlah kali yang pertama.

Desember 2021, seorang pendaki asal Surabaya berusia 26 juga tewas ketika terjatuh ke dalam jurang sedalam 100 meter saat melakukan pendakian di Gunung Rinjani melalui jalur Senaru, Lombok Utara.

Agustus 2022, seorang pendaki asal Portugal meninggal dunia setelah terjatuh dari tebing di puncak Gunung Rinjani. Korban berusia 37 terjatuh saat sedang mengambil swafoto di tepi jurang.

Insiden ini terjadi pada Jumat, 19 Agustus 2022, dan jenazahnya berhasil dievakuasi pada 22 Agustus.

September 2024, seorang pendaki asal Jakarta tersebut dilaporkan hilang setelah diduga jatuh ke jurang di kawasan Gunung Rinjani pada 28 September.

Jasad korban berhasil dideteksi oleh drone thermal di kedalaman ratusan meter dari lokasi kejadian dan dievakuasi sepekan setelahnya.

Oktober 2024, seorang pendaki asal Irlandia terjatuh ke jurang sedalam 200 meter saat mendaki ke puncak Gunung Rinjani pada 9 Oktober. Korban berhasil diselamatkan tim SAR dan hanya mengalami luka ringan.

Mei 2025, seorang pendaki asal Malaysia meninggal dunia setelah terjatuh saat menuruni Gunung Rinjani melalui jalur Torean, Lombok, Indonesia.

Korban, yang bernama Rennie Bin Abdul Ghani (57), terjatuh ke jurang sedalam sekitar 80-100 meter di jalur Banyu Urip, saat rombongan turun setelah mencapai puncak.

Juni 2024, seorang perempuan warga negara Swiss tewas setelah terjatuh di jalur pendakian Bukit Anak Dara, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, NTB. Bule perempuan itu nekat mendaki lewat jalur ilegal.

Tinggalkan Balasan