KUBET – ‘Rasanya ngeri sekali’ – Gunung Lewotobi Laki-laki di NTT meletus

‘Rasanya ngeri sekali’ – Gunung Lewotobi Laki-laki di NTT meletus

Seorang warga Desa Talibura di Sikka, Nusa Tenggara Timur, menyaksikan erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki pada 17 Juni 2025.

Sumber gambar, STR/AFP via Getty Image

Keterangan gambar, Seorang warga Desa Talibura di Sikka, Nusa Tenggara Timur, menyaksikan erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki pada 17 Juni 2025.

Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) meletus pada pukul 17.35 WITA, Selasa (17/06). Gunung berapi aktif ini mengeluarkan semburan abu dengan ketinggian lebih dari 11 kilometer.

Meski tak mengeluarkan suara letusan yang dahsyat, semburan abu pada erupsi ini melampaui semburan yang terjadi pada November 2024. Letusan juga disertai guncangan yang cukup kencang sehingga menimbulkan kepanikan warga.

“Getarannya terasa seperti mau runtuh. Padahal bunyi letusannya tidak terlalu besar, tapi semburan materialnya paling tinggi dan paling banyak sejauh yang saya amati dari letusan-letusan sebelumnya,” ucap Kepala Desa Hokeng Jaya, Gabriel Namang pada Rabu (18/06).

“Warga di posko sangat panik dan berlarian keluar tenda,” lanjutnya.

Agar tidak terimbas letusan, masyarakat di sekitar gunung diimbau untuk tidak beraktivitas dalam radius 7-10 kilometer dari pusat erupsi.

Gabriel Namang bilang letusan pada Selasa (17/06) mengagetkan warga karena selama sebulan terakhir situasi mulai aman dan Gunung Lewotobi tak lagi mengeluarkan asap dan material.

“Satu bulan ini, dia [Gunung Lewotobi] tenang. Orang-orang mulai beraktivitas, pulang pergi seperti biasa untuk memenuhi kebutuhan, mengambil hasil pertanian. Semalam seperti di luar prediksi,” kata Gabriel Namang kepada wartawan Eliazar Robert, wartawan di NTT yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

“Mereka yang di rumah, lari ke arah barat, ke Kabupaten Sikka. Syukurlah, semua sekarang dalam kondisi baik dan tidak ada korban jiwa.”

Pengendara motor melintas berlatar belakang awan panas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Selasa (17/06).

Sumber gambar, ANTARA FOTO

Keterangan gambar, Pengendara motor melintas berlatar belakang awan panas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Selasa (17/06).

Gabriel Tolok, pengungsi asal Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, yang kini mengungsi di Desa Bokang mengaku sempat panik saat letusan terjadi.

“Pada umumnya pengungsi memang merasa takut karena lihat letusan terlalu tinggi, saya sendiri saja rasa-rasa ngeri sekali” ujarnya.

Di lokasi pengungsiannya yang berada di Desa Bokang, ia menyampaikan tidak terdampak abu vulkanik, pasir, dan kerikil.

Begitu juga di tiga titik pengungsian lainnya yakni di Lewolaga, Konga dan Komba Soma, Kecamatan Titihena tidak terdampak dari letusan gunung.

Namun, Gabriel Tolok yang mengungsi bersama istri dan enam orang anaknya sejak November 2024 lalu merasa khawatir dengan keadaan rumahnya di Desa Hokeng Jaya.

“Berarti di desa rumah kami material [vulkanik] semakin banyak dan tambah hancur lagi,” ujarnya.

erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki teramati dari Tanjung Kajuwula, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Selasa (17/06).

Sumber gambar, ANTARA FOTO

Keterangan gambar, Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki teramati dari Tanjung Kajuwula, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Selasa (17/06).
Lewati Whatsapp dan lanjutkan membaca

Akun resmi kami di WhatsApp

Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.

Klik di sini

Akhir dari Whatsapp

Berbeda dengan Adolfus Romualdus Wada, warga Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur. Ia beserta istri dan ketiga anaknya sudah kembali ke rumah dari tempat mengungsi sejak 7 Desember 2024.

Pada Selasa (17/06) sore, Adolfus masih sibuk membersihkan halaman rumahnya. Saat melihat asap yang membumbung disertai getaran, Adolfus dan keluarganya segera berlari masuk rumah untuk menghindari material vulkanik. Sekitar empat jam, Adolfus dan keluarga bertahan di dalam rumah.

“Keluar rumah setelah itu masih ada hujan abunya. Ini memang lebih tinggi asapnya, tapi suaranya tidak menggelegar. Hanya dia punya material lebih banyak,” ujar Adolfus.

“Sebelumnya, sudah ada info dan imbauan dari media sosial salah satu petugas yang berjaga di pos, karena kegempaan vulkaniknya meningkat,” lanjutnya.

Kendati demikian, Adolfus dan keluarganya hingga saat ini masih memilih bertahan di rumah. Menurut dia, kebutuhannya lebih bisa terpenuhi selama di rumah. “Kami waspadai lontaran pijar lava.

Baca juga:

Saat November kemarin, ada di desa kita itu. Itu yang kita takutkan, Kalau erupsi seperti ini memang sudah biasa. Sudah menyatu dengan alam kami.”

Di sisi lain, ada 12 kepala keluarga dari Desa Boru dan Pululera yang berada di Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, yang memilih mengungsi akibat terkena dampak material gunung saat meletus.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur, Avelina Hallan menyampaikan, keluarga ini dibawa ke tempat pengungsian di Desa Bokang dan Desa Lewolaga, Kecamatan Titihena, Flores Timur.

Ia menjelaskan sejauh ini belum ada laporan tentang jatuhnya korban jiwa akibat letusan gunung Lewotobi Laki-laki tapi petugas gabungan dari BPBD, SAR, TNI dan Polri masih berada di lapangan untuk memantau.

Dia mengeklaim warga yang berada di empat lokasi pengungsian terpusat yakni di Desa Bokang, Lewolaga, Konga dan Komba Soma Kecamatan Titihena semuanya dalam keadaan baik.

Apa dampak letusan Lewotobi Laki-laki?

Setelah Gunung Lewotobi Laki-laki meletus, semua sekolah di Kabupaten Sikka, NTT ditutup sementara.

Salah satu puskesmas di wilayah Perbatasan Sikka dan Flores Timur juga ditutup.

Maria Yukensi Pogon, kepala Puskesmas Boganatar, yang terletak di Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT, mengatakan kepada wartawan Arnold Welianto, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, bahwa saat ini para pasien sudah dievakuasi ke Puskesmas Beru yang terletak di Kota Maumere.

Selain itu, General Manager Airnav Cabang Kupang, I Nyoman Oka Wirana menginformasikan terdapat tiga bandar udara yang ditutup sementara karena terdampak dari letusan Gunung Lewotobi Laki-laki.

Tiga bandara tersebut adalah Bandara Frans Seda Maumere, Bandara H. Hasan Aroeboesman Ende, dan Bandara Soa Bajawa.

Warga menyaksikan letusan Gunung Lewotobi Laki-laki dari Desa Talibura, Kabupaten Sikka, NTT, pada Selasa (17/06).

Sumber gambar, AFP via Getty Images

Keterangan gambar, Warga menyaksikan letusan Gunung Lewotobi Laki-laki dari Desa Talibura, Kabupaten Sikka, NTT, pada Selasa (17/06).

Kepala Bandara Frans Seda Maumere, Partahian Panjaitan, mengonfirmasi bandara di Kabupaten Sikka tersebut ditutup imbas letusan gunung karena ada debu vulkanik di landasan bandara.

Hal serupa juga dilakukan Bandara H. Hasan Aroeboesman Ende dan Bandara Soa Bajawa.

Kepala Bandara H. Hasan Aroeboesman Ende, Hariyanto, mengaku belum mengetahui penutupan bandara akan sampai kapan.

Baca juga:

Secara terpisah, Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Ahad Rahedi, melalui keterangan tertulis memastikan operasional dan distribusi bahan bakar minyak (BBM) di Pulau Flores, NTT tetap aman.

Sarana dan fasilitas Pertamina Patra Niaga yang terdekat dari lokasi letusan gunung yakni Fuel Terminal Maumere dan Fuel Terminal Larantuka masih tetap beroperasi dengan aman dan pelayanan penyaluran BBM tetap dapat berjalan.

Meski begitu, tim dari Pertamina tetap memantau kondisi jalur suplai untuk mengantisipasi gangguan hujan abu pasca letusan.

Apa tindak lanjut Pemprov NTT?

Menanggapi kondisi saat ini, Gubernur Nusa Tenggara Timur, Melki Laka Lena, meminta semua jajaran untuk memastikan warga tidak berada di radius yang dilarang dan berada di lokasi pengungsian.

Distribusi bantuan seperti masker, makanan, dan berbagai kebutuhan lainnya sedang dikoordinasikan Kementerian Sosial dengan Pemerintah Kabupaten Flores Timur dan Pemerintah Kabupaten Sikka.

Ia juga mengimbau agar masyarakat tidak termakan hoaks dan terus memperoleh informasi perkembangan penanganan bencana secara berkala.

Warga melihat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki dari Pantai Wairotang, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Selasa (17/06).

Sumber gambar, ANTARA FOTO

Keterangan gambar, Warga melihat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki dari Pantai Wairotang, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Selasa (17/06).

Mengacu pada data yang dikeluarkan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) BPBD NTT, ada dua kabupaten yang terdampak yaitu Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka.

Di Flores Timur, wilayah yang terkena efek letusan adalah Kecamatan Wulanggitang dengan cakupan Desa Nawakote, Desa Klatanlo, Desa Hokeng Jaya, Desa Boru, Desa Purulera, dan Desa Padang Pasir.

Kecamatan lain di Flores Timur yang terdampak adalah Kecamatan Ilebura yang meliputi Desa Dulipali, Desa Nurabelen, dan Desa Nobo. Di Sikka, ada dua kecamatan yaitu Kecamatan Talibura dan Kecamatan Waigete.

Baca juga:

Asisten III Sekretaris Daerah NTT, Samuel Halundaka menjelaskan tim gabungan telah mengevakuasi warga yang rentan bencana dari dua desa yaitu Desa Boru dan Pululera ke Desa Boru Kedang dan Nileknohen.

Di Sikka, tim telah mengevakuasi tiga orang ibu menyusui, empat bayi, dan satu balita dari Desa Kringa, Kecamatan Talibura ke Puskesmas Beru di Maumere.

Masyarakat perbatasan di wilayah Boru dan sekitarnya dievakuasi sementara ke Puskesmas Boganatar oleh Tim Gerak Cepat Dinas Kesehatan, Kabupaten Sikka.

Masker dan pelindung mata, jelas Samuel, menjadi bantuan yang didahulukan untuk segera didistribusikan pada warga saat ini.

Ia juga menyampaikan antisipasi dengan pemantauan secara berkala terus dilakukan oleh BPBD bekerja sama dengan Pusdalops dan Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengimbau masyarakat dapat segera melakukan evakuasi ke lokasi radius yang aman, melindungi diri dari paparan abu vulkanik dengan mempersiapkan masker maupun kain basah serta menghindari area aliran sungai untuk mengantisipasi potensi banjir lahar.

Bagaimana kondisi Gunung Lewotobi Laki-laki saat ini?

Muhari menyampaikan PVMBG telah meningkatkan status Gunung Lewotobi Laki-laki dari level III atau siaga menjadi level IV atau awas.

Dengan kenaikan status tersebut, masyarakat di sekitar gunung diminta waspada terhadap potensi banjir lahar hujan pada sungai yang berhulu di puncak gunung jika hujan deras.

Daerah yang rawan terkena banjir lahar berada di Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, dan Nawakote.

Adapun dari laporan visual yang dihimpun berbagai sumber lapangan, erupsi ini ditandai dengan munculnya awan panas terpantau menyebar ke segala arah di sekitar kawasan gunung yang ketinggian kolom abunya mencapai lebih dari 11 kilometer.

Warga Desa Hikong membersihkan atap rumahnya dari abu dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (18/06).

Sumber gambar, ANTARA FOTO

Keterangan gambar, Warga Desa Hikong membersihkan atap rumahnya dari abu dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (18/06).

Menurut tim reaksi cepat di lapangan, situasi di sekitar gunung juga masih sangat terbatas untuk dijangkau karena kondisi gelap, disertai hujan abu dan kerikil.

Sementara itu, di Pos Pemantauan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, yang berjarak tujuh kilometer dari puncak kawah, dilaporkan terjadi hujan batu kerikil.

Alat pemantauan seismik juga masih mendeteksi tremor yang menandakan aktivitas vulkanik masih berlangsung.

Dari rincian aktivitas kegempaan PVMBG menunjukan adanya satu kali gempa hembusan dan tremor non-harmonik, dua kali gempa vulkanik dalam, dan empat kali gempa tektonik jauh.

Di luar radius kawasan rawan bencana (KRB), hujan pasir dilaporkan juga terjadi di beberapa desa, seperti Desa Boru, Desa Hewa, dan Desa Watobuku.

Riwayat Gunung Lewotobi Laki-laki

Mengacu pada data yang dirangkum BNPB, erupsi hari ini termasuk letusan yang besar pada semester awal di tahun 2025.

Sebelumnya, letusan dengan tinggi kolom abu di Gunung Lewotobi Laki-laki mencapai sekitar enam kilometer pada akhir 2023 dan lebih dari 10 kilometer pada November 2024 lalu.

Gunung Lewotobi Laki-laki memiliki sejarah panjang aktivitas vulkanik. Salah satu erupsi besar tercatat pada tahun 1921.

Kala itu, gunung tersebut menghasilkan lontaran abu dan material vulkanik ke wilayah sekitarnya.

Letusan yang juga terbilang besar dan eksplosif kembali terjadi pada 1935 dengan lontaran abu dan lava pijar disertai gempa.

Pada tahun 1970, terjadi letusan bertipe strombolian dengan lontaran material hingga beberapa kilometer dari kawah. Letusan ini menyebabkan hujan abu ringan di beberapa desa sekitar lereng gunung.

Sekitar 20 tahun berselang yakni pada 1991, Gunung Lewotobi Laki-laki mengalami lagi erupsi yang cukup besar dan salah satu yang paling kuat di akhir abad ke-20.

Letusan ini berdampak cukup signifikan terhadap aktivitas masyarakat dan menyebabkan peningkatan status gunung ke tingkat siaga.

Pada akhir 2002, letusan sempat terjadi lagi meski tidak cukup besar. Hampir dua dekade, aktivitasnya melemah.

Namun pada akhir 2023, Gunung Lewotobi Laki-laki kembali erupsi dengan pola letusan yang kompleks yakni beberapa fase letusan freatomagmatik dan freatik.

Sejak Desember 2023 hingga Februari 2024, tercatat lontaran material pijar, awan panas guguran, dan hujan abu lebat yang mengenai Desa Boru dan Klatanlo.

Aktivitas mulai menurun secara bertahap menjelang pertengahan 2024, namun kondisi gunung masih tergolong fluktuatif dan terus dipantau secara intensif.

Pada November 2024, letusan dengan tipe strombolian kembali terjadi dan mengakibatkan banyak warga mengungsi dan menelan korban jiwa.

Gunung Lewotobi memiliki kekhasan dengan dua puncak khas bersama Gunung Lewotobi Perempuan dan Gunung Lewotobi Laki-laki.

Selama ini, aktivitasnya selalu menjadi perhatian karena cukup terbilang aktif dengan siklus yang teratur dengan letusannya bertipe strombolian hingga vulkanian, dengan potensi ancaman awan panas dan hujan abu ke wilayah sekitarnya.

Erupsi Lewotobi Laki-Laki tampak dari Desa Talibura, Sikka, Nusa Tenggara Timur, 17 Juni 2025.

Sumber gambar, STR/AFP via Getty Images

Keterangan gambar, Erupsi Lewotobi Laki-Laki tampak dari Desa Talibura, Sikka, Nusa Tenggara Timur, 17 Juni 2025.

Ahli Vulkanologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurrachman, menyampaikan ada siklus yang umumnya dimiliki gunung berapi. Pola ini teramati di Gunung Lewotobi Laki-laki dalam beberapa tahun terakhir.

“Biasanya tahunan, 10 tahunan, 20 tahunan. Di Lewotobi ini terlihat, sempat 10 tahun, kemudian 20 tahun dari 2002 ke 2023 dan berlanjut kecil-kecil hingga yang 2025 ini,” jelas Mirzam.

Saat ini, berdasarkan pantauan, erupsi masih terjadi tapi skala dan intensitasnya sudah menurun.

Mirzam mengibaratkan seperti orang yang tengah batuk, Gunung Lewotobi Laki-laki kini dalam proses memulihkan diri sehingga masih terjadi letusan kecil yang perlahan akan reda dan akan muncul dalam hitungan jangka panjang.

Walakin, Mirzam tetap mengingatkan dampak lain dari kondisi kali ini yakni banjir lahar dingin yang berpotensi terjadi sehingga masyarakat diminta tidak beraktivitas di kawasan aliran sungai yang terhubung dengan gunung.

“Dengan kondisi kemarau basah, intensitas hujan tinggi, dan ketebalan abu yang berat yang jatuhnya ke kawah lagi, potensi meluap dan banjir lahar ini perlu diantisipasi,” ungkap Mirzam.

Tinggalkan Balasan