Cerita warga terdampak banjir bandang dan tanah longsor yang tewaskan 20 orang di Pekalongan – ‘Biasanya memang sering longsor, tapi jarang menimpa rumah’

Sumber gambar, ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/foc.
Sebanyak 20 orang meninggal dunia dan 14 orang lainnya mengalami luka di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, akibat banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang wilayah Jawa Tengah itu, Senin (20/1).
BBC News Indonesia berbicara pada warga yang menjadi korban bencana tersebut.
Seorang warga Petungkriyono, Abdullah, mengaku tidak habis pikir bagaimana banjir yang cukup dalam bisa terjadi di wilayahnya yang berada di dataran tinggi.
“Hujan semakin besar dan mulai jam lima sore langit gelap disertai angin dan petir. Pokoknya situasi mencekam,” ujarnya, Rabu (22/1).
Menurut Abdullah, sebagian besar korban di Kampung Kasimpar adalah orang-orang yang berlindung di rumah-rumah warga, kafe, dan pemancingan saat banjir dan longsor terjadi.
Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan
Namun kemudian terjadi longsor susulan yang lebih besar sekitar jam tujuh malam.
“Mereka juga kebingungan. Mau mundur enggak bisa karena aliran banjir deras, tapi maju juga enggak bisa karena terjadi longsor, ” tutur Abdullah.
“Kebetulan di beberapa rumah warga juga sedang ada acara sehingga korban-korban kebanyakan dari orang luar daerah,” ujarnya.
“Ada satu rumah itu isinya satu keluarga yang sedang berteduh dan terkena longsor. Mereka dinyatakan meninggal dunia,” kata Abdulah.

Sumber gambar, HUMAS POLDA JATENG
Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.
Klik di sini
Akhir dari Whatsapp
Padamnya listrik yang diakibatkan longsor dan kondisi hujan menyulitkan korban selamat. Bahkan, menurut Abdullah, ada korban yang mengalami patah tulang dan terpaksa menunggu bantuan hingga keesokan harinya.
Tim medis dan relawan dari luar memang tidak dapat langsung masuk ke lokasi pada Senin malam lalu. Alasannya, akses jalan seperti jembatan dari sebelah utara Petungkriyono ambruk.
“Akhirnya bantuan dari warga sekitar juga datang hari Selasa, ada yang ditandu pakai sarung, kayu, bambu pokoknya pakai alat seadanya,” ucap Abdulah.
Pada Rabu kemarin, jalur masuk ke Petungkriyono sudah bisa diakses melalui jalur selatan. Material longsor di daerah sudah dibersihkan oleh warga yang bekerja bakti bersama relawan.
Salah satu korban selamat, Santoso, 50 tahun, menyebut ada beberapa orang yang berlindung di rumah keluarganya saat bencana terjadi.
“Mereka berlindung di rumah kami karena hujan deras dan akses jalan terputus. Niat mereka menunggu hujan reda kemudian melanjutkan perjalanan, namun bencana ini kemudian terjadi,” ujarnya.

Sumber gambar, ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Santoso mengaku di wilayahnya memang kerap terjadi longsor yang bahkan biasa terjadi setiap tahun.
“Tapi seringnya longsornya di badan jalan, jarang yang menimpa rumah. Baru kali ini memakan korban jiwa,” paparnya.
Dia mengaku tidak tahu pasti faktor yang memicu parahnya bencana longsor ini. Yang jelas, intensitas hujan yang terjadi pada Senin tidak seperti biasanya.
“Sampai jam 10 malam itu hujan sangat deras debit airnya,” ujarnnya.
Santoso berharap pihak berwenang bisa menemukan semua korban hilang termasuk anggota keluarganya. Keponakannya, Aurel, 14 tahun, hingga saat ini belum ditemukan.
Santoso mengaku mendapat kabar proses pencarian masih dilakukan secara manual dan tidak bisa menggunakan alat berat karena medan yang berat.
Bagaimana informasi dari tim SAR?
Bencana banjir dan longsor itu terjadi karena hujan yang turun terus menerus dengan intensitas tinggi di Petungkriyono. Kejadian itu juga memicu banjir bandang di daerah bawahnya, seperti di daerah Talun, Kajen, dan beberapa kecamatan di bawahnya.
Merujuk data dari pemerintah Kabupaten Pekalongan, hingga berita ini ditayangkan, 20 jenazah telah ditemukan tim SAR.
Status tanggap darurat bencana di kawasan ini telah ditetapkan untuk 14 hari ke depan.
”Terhitung sejak 21 Januari hingga 4 Februari 2025, Pemkab Pekalongan menetapkan status darurat bencana. Dan kami telah menyiapkan posko di 4 kecamatan terdampak longsor yaitu Petungkriyono, Lebakbarang, Paninggaran, dan Kandangserang” ujar Bupati Pekalongan, Fadia Arafiq.
Fadia menambahkan posko juga disiapkan di Kecamatan Kedungwuni, Doro, Wonopringgo, Wonokerto, Siwalan, Wiradesa dan Tirto.
”Total ada 11 kecamatan dari hulu hingga hilir yang terdampak longsor dan banjir bandang. Dan pemkab sudah menetapkan darurat bencana, kami siapkan posko di masing-masing kecamatan,” ujarnya.

Sumber gambar, TIM SAR SEMARANG
Camat Petungkriyono, Hadi Surono, mengatakan bencana longsor menghajar setidaknya tiga rumah warga, satu kafe dan pemancingan.
“Kejadian longsor kurang lebih jam 18:00 WIB Senin kemarin, awalnya hujan deras sekitar 2,5 jam,” ungkapnya kepada wartawan Kamal yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Rabu (22/1).
Korban-korban yang ditemukan termasuk mereka yang sedang memancing hingga para tamu kafe.
“Orang yang terjebak disitu, ada orang lewat berteduh di rumah salah satu perangkat desa maupun yang lagi acara di kafe dan di pemancingan tertimbun longsor,” jelas Hadi.
Pejabat itu mengaku kesulitan mendata korban dalam kejadian longsor ini, karena kejadian tidak menimpa warga setempat saja.
“Kalau di jalan kita nggak bisa ngitung, laporan orang hilang itu ada delapan. Kita nggak tau yang tertimbun berapa, karena bukan rumah yang bisa kita data per KK [kartu keluarga],” ungkapnya.

Sumber gambar, ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Terpisah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah melaporkan upaya pencarian korban mengalami kendala akibat tertutupnya akses menuju lokasi terdampak tepatnya Desa Yosorejo.
“Menuju ke titik lokasi pencarian itu ada kesulitan untuk akses. Jadi mesti [merayap],” ujar Bergas kepada Kompas TV, pada Selasa (21/1).
Kepala Kantor SAR Semarang Budiono kepada BBC News Indonesia secara terpisah mengatakan pihaknya masih terus berupaya membuka akses jalan.
“Tim yang lain masih proses pencarian,” ujarnya ketika dihubungi pada Rabu (22/1).
Di lapangan, Agus Yusuf, anggota tim SAR Bumi Santri Pekalongan, mengatakan kabar pertama longsor terjadi bersamaan dengan banjir bandang di Kedungwuni dan Wonopringgo.
Kapolres Pekalongan AKBP Doni Widamanto dalam keterangan resminya menyebut terdapat beberapa titik lokasi di wilayah Petungkriyono terkena bencana longsor.
“Untuk akses yang ditempuh harus memutar melalui Banjarnegara karena sebuah jembatan terputus. Hal ini menyebabkan petugas membutuhkan waktu yang lama untuk bisa ke lokasi kejadian,” tutur Doni.
Dilansir Kompas.com, Kepala Pelaksana BPBD Jawa Tengah Bergas Catursasi mengatakan pihaknya masih terus melakukan pencarian dengan Basarnas dan relawan setempat.
Curah hujan yang deras turut menghambat proses evakuasi.
Bergas mengakui kondisi ini meningkatkan risiko bencana susulan, sehingga langkah-langkah pencarian dilakukan dengan sangat hati-hati.

Sumber gambar, ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra

Sumber gambar, ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra

Sumber gambar, TRIBUNNEWS.COM
Pihaknya memilih menunda perjalanan ke Petungkriyono hingga Selasa (21/01) pagi karena kondisi malam hari yang berbahaya akibat dampak bencana.
Bersama Basarnas Semarang, BPBD, PMI, dan relawan lainnya, Agus mengatakan butuh waktu dua jam untuk mencapai Petungkriyono melalui jalur Wanayasa-Kalibening, Kabupaten Banjarnegara.
“Jembatan utama Petungkriyono terputus. Kondisi longsor di berbagai titik semakin menyulitkan evakuasi,” ujar Agus seperti dilansir Tribunews.com.
Terpisah, Ketua Fraksi PKB DPRD Jateng, Abdul Hamid, yang merupakan wakil rakyat terpilih di beberapa wilayah terdampak seperti Talun dan Kajen, berharap proses evakuasi korban berjalan lancar.
“Harapan kami dari instansi terkait ikut menyokong kebutuhan mendasar masyarakat,” ujar Abdul.

Sumber gambar, ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Keterangan resmi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut bencana longsor yang terjadi pada Senin (20/01) pukul 17.30 WIB menimbun 2 unit rumah dan menyeret beberapa kendaraan yang sedang melintas di wilayah tersebut.
Per Selasa (21/01), dilaporkan ada setidaknya tiga korban hilang. Adapun 10 korban luka-luka dilarikan ke pusat kesehatan setempat. Dua unit jembatan dilaporkan rusak.
Selain longsor, banjir bandang juga menerjang wilayah tersebut pasca hujan deras yang mengguyur. Kerugian akibat banjir bandang masih dalam pendataan hingga saat ini.
Merujuk prakiraan cuaca BMKG tiga hari kedepan hingga (23/01) wilayah Kabupaten Pekalongan masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang dapat memicu terjadinya banjir, banjar bandang, dan tanah longsor.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau warga untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan. Warga juga diminta melakukan evakuasi mandiri jika terjadi hujan terus menerus selama dua jam atau lebih.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan pihaknya sedang menuju lokasi ketika dihubungi BBC News Indonesia pada Rabu (22/01) siang.
“Nanti akan kami update [sesampainya] di sana,” ujarnya melalui pesan singkat.
Kamal, wartawan di Semarang, berkontribusi untuk liputan ini.