Dokter Italia jadi penjelajah waktu akibat kerusakan otak

Sumber gambar, Sylvain Lefevre / Getty Images
-
- Penulis, Jo Fidgen, Edgar Madicott
- Peranan, Lives Less Ordinary, BBC World Service
- Penulis, Andrew Webb
- Peranan, BBC World Service
Tiba-tiba saja dokter Pierdante Piccioni menjadi penjelajah waktu. 12 tahun kehidupannya lenyap dari ingatan setelah menderita kerusakan otak akibat kecelakaan mobil pada 2013.
Ketika siuman di rumah sakit, pria itu mengira masih hidup pada 2001. Ia tidak bisa mengenali istrinya atau putra-putranya yang sudah dewasa.
Hilang ingatan ini membuat Pierdante—atau Pier, sapaan akrabnya—tidak bisa melakukan praktik kedokteran. Dalam keadaan syok, ia pun berupaya mencari tahu siapa dirinya.
Melalui penelusuran ribuan email, ia menemukan sisi gelapnya.
Kisah luar biasa ini menjadi inspirasi serial TV Italia tentang seorang dokter muda yang tertembak dan kehilangan 12 tahun ingatannya, seperti Pier.
Akhir dari Paling banyak dibaca

Sumber gambar, Sylvain Lefevre / Getty Images
Pier terbangun dari koma pada 31 Mei 2013.
Ia terbaring di tempat tidur UGD rumah sakit yang dipimpinnya di Kota Lodi, Italia.
“Hal pertama yang saya lihat adalah cahaya putih—yang ternyata adalah cahaya dari ruang gawat darurat. Saya koma sekitar enam jam dan ketika bangun, hanya mata rekan-rekan saya yang terlihat.”
“Mereka bertanya, ‘Tanggal berapa hari ini?’. Saya berpikir selama lima atau enam detik, lalu menjawab, ’25 Oktober 2001′.”
Tatapan Pier tertuju kepada rekannya yang sedang mengetik di iPad, perangkat yang belum ada pada 2001.
Pada tahun itu, sebagian ponsel hanya bisa menelepon, mengirim pesan teks, dan menerima informasi berita sederhana.

Sumber gambar, Roman Mykhalchuk / Getty Images
Perubahan teknologi bukanlah kabar paling mengejutkan bagi Pier.
Rekannya menawarkan untuk memanggil istrinya ke UGD. Pier tidak sabar ingin bertemu dengan pasangannya itu.
Namun, sosok perempuan yang masuk ke ruangan terlihat sedikit berbeda. Di mata Pier, perempuan itu terlihat mirip dengan istrinya tetapi dengan wajah penuh kerutan.
“Di ingatan saya, istri saya masih 12 tahun lebih muda,” tuturnya.

Sumber gambar, Peter Macdiarmid / Getty Images
Pier juga harus menerima kenyataan bahwa anak-anaknya sudah tumbuh dewasa.
“Saya bertanya kepada mereka, ‘Siapa kalian? Mana anak-anak saya?’ Karena saya tidak percaya [mereka] adalah putra-putra saya.”
Istrinya kemudian menyampaikan kabar duka: ibu Pier meninggal tiga tahun sebelumnya. Padahal, di benak Pier, ibunya masih sehat walafiat.
Pangeran kegelapan
Tidak lama kemudian, Pier mulai menelusuri bukti-bukti dari apa yang terjadi selama periode 12 tahun yang terhapus dari ingatannya.
Ia terkejut saat mengetahui bahwa kepribadiannya tidak selalu menyenangkan.
“Saya bertanya kepada teman-teman, kolega, dan istri saya, pria macam apa saya ini. Apakah saya orang baik atau jahat?”
“Kolega saya memberi tahu bahwa saat saya menjadi kepala departemen gawat darurat dan membawahi sekitar 230 orang… julukan saya adalah ‘Pangeran Kegelapan’,” ujarnya.

Sumber gambar, Ada Masella / Mondadori Portfolio via Getty Images
Mustahil bagi Pier—yang disapa “Doc” di tempat kerja—untuk memercayai hal ini. Ia tidak pernah membayangkan dirinya sebagai orang yang tidak baik.
“Mereka bilang, ‘Kamu sangat, sangat gelap. Kamu sangat kuat… tapi terlalu keras kepada orang lain.'”
Tahun-tahun yang hilang dan pencarian jati diri
Pier mempelajari bagaimana dunia telah berubah selama tahun-tahun yang hilang dari ingatannya.
Pada saat yang sama, ia mencari jati dirinya yang sebenarnya melalui korespondensi.
“Saya membaca semua email—lebih dari 76.000—untuk mencoba memahami siapa saya ini… Di beberapa email, saya harus [mengakui] bahwa ada sosok yang buruk, pemimpin yang jahat, orang yang kaku,” ujarnya.
Apa yang dikatakan rekan-rekannya terbukti benar.
“Saya sangat, sangat sedih ketika membaca email-email itu,” imbuhnya.

Sumber gambar, Getty Images
Pier pun memutuskan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
“Saya mulai menulis buku harian setiap hari. Saya menuliskan apa yang saya rasakan—hal-hal penting atau [hal-hal] biasa dari hari atau hidup saya,” kenangnya.

Sumber gambar, Shaun Botterill / Getty Images
“Saya adalah orang yang salah yang hidup pada waktu yang salah,” tutur Pier.
“Saya seperti orang asing di dunia yang tidak saya pahami. Saya merasa sendirian. [Saya merasa seolah-olah] tidak ada yang memahami saya.”

Sumber gambar, Franco Origlia / Getty Images
Pier memasuki masa-masa sulit.
“Saya merasa sendirian untuk waktu yang lama. Mama saya meninggal, dan anak-anak saya [rasanya seperti] meninggal juga,” ujarnya.

Sumber gambar, Universal History Archive via Getty Images
“Saya merasa tidak ada gunanya untuk terus hidup? Saya sempat berpikir untuk bunuh diri saat itu, karena dunia ini [tidak terasa seperti] dunia saya.”
Namun, Pier menemukan cara untuk mengangkat dirinya dari pikiran-pikiran negatif.
Jatuh cinta lagi
Sebelum kecelakaan yang merenggut 12 tahun ingatannya, Pier bekerja 15 hingga 16 jam sehari.
Menurut sang istri, Pier bahkan nyaris tidak pernah pulang setelah menjabat sebagai kepala UGD.
“Dia bilang, ‘Saya tidak tahu apakah kamu punya pacar atau mungkin lebih dari satu… karena kamu [sangat] gila kerja’,” kata Pier.
Pier memutuskan untuk kembali menghidupkan perannya sebagai seorang suami. Ia menyadari bahwa dirinya jatuh cinta lagi kepada istrinya setelah terbangun dari koma singkatnya.
“Ketika istri saya berbalik [untuk keluar ruangan], saya menatapnya [dari belakang]. Saya merasa jatuh cinta. Itu, wah, menyenangkan sekali.”
Menurutnya, istrinya tidak terasa seperti orang yang sama dengan yang ia ingat.
“Saya mungkin satu-satunya laki-laki yang bisa mengatakan: ‘Saya telah mengkhianati istri saya dengan istri saya sendiri’. Karena ia adalah orang yang berbeda dan saya jatuh cinta [lagi] padanya.”

Sumber gambar, Sylvain Lefevre / Getty Images
Realita baru Pier kini cerah dan penuh harapan.
“Saya bangga bukan hanya karena [perjalanan] pribadi saya, tapi… untuk menciptakan kenangan baru yang indah di seluruh dunia.”
“Ini adalah mantra saya.”

Sumber gambar, Sylvain Lefevre / Getty Images
Anda bisa mendengarkan wawancara Pierdante Piccioni di siniar BBC, Lives Less Ordinary