Kisah pegiat lingkungan atasi sampah jutaan botol kaca di Labuan Bajo
Labuan Bajo menghadapi masalah baru, yakni sampah botol kaca di tengah masalah sampah plastik yang belum selesai. Jumlah sampah botol di destinasi wisata itu ditaksir sampai jutaan unit per tahun.
Pegiat lingkungan, Marta Muslin membagikan kisah mengolah sampah botol kaca, yang kini mulai menumpuk di Labuan Bajo, gerbang menuju Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Pembangunan hotel dan restoran di jalan-jalan meliuk yang menghadap laut di Labuan Bajo jadi pemandangan yang dilihat Marta sehari-hari.
Pembangunan itu dimaksudkan agar para turis juga dapat menikmati waktu mereka sebelum melaut ke Taman Nasional Komodo yang dijuluki sebagai surga zaman jura itu.
Kunjungan wisatawan di Taman Nasional Komodo setiap tahunnya kini melampaui populasi penduduk Manggarai Barat.
Kehadiran turis memang mendatangkan untung bagi kota pesisir itu, tetapi juga diiringi peningkatan sampah plastik di Labuan Bajo.
Untuk menekan jumlah sampah plastik yang meningkat tiap tahunnya, pemerintah setempat mengimbau pelaku usaha pariwisata meninggalkan produk minuman kemasan plastik, dan beralih pada produk-produk berkemasan kaca.
Namun, membludaknya kunjungan turis itu memicu persoalan baru: sampah botol kaca.
Pada 2024, jumlah sampah botol kaca di Labuan Bajo mencapai sekitar 2.065 ton, atau setara jutaan botol kaca.
Simak juga:
“Sampah botol kaca tidak dapat diisi ulang karena tidak ada pusat pengisian ulang di Labuan Bajo, kalau pun dibawa ke Jawa, ongkosnya mahal dan jejak karbonnya tinggi,” ujar Marta Muslin kepada wartawan BBC News Indonesia, Silvano Hajid.
Perempuan berusia 42 tahun yang selama dua dekade terakhir aktif dalam pengolahan sampah di Labuan Bajo ini lantas menawarkan sebuah solusi.
Marta mengolah kembali sampah botol kaca menjadi gelas dan bahan bangunan.
Setidaknya ribuan botol kaca ia terima setiap bulan, bahkan hingga puluhan ribu botol kaca saat musim liburan.

Sumber gambar, Silvano Hajid
Sejak 2020 lalu, Marta dan timnya di Indonesia Waste Platform ditugaskan pemerintah setempat mengelola sampah di empat pulau berpenghuni di Manggarai Barat.
Dua di antaranya berada dalam kawasan Taman Nasional Komodo.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Manggarai Barat mengaku tidak memiliki anggaran mengelola sampah plastik di empat pulau itu, sehingga Marta dan timnya juga harus dilibatkan.
Lewat program besutannya itu, Marta mengaku para perempuan tak memiliki penghasilan saat pandemi Covid-19l lalu tak memiliki penghasilan, kini mendapat untuk dari menjual sampah plastik kepada Marta.
Video produksi: Silvano Hajid