KUBET – Pidato Prabowo memuji Mustafa Kemal Atatürk di Turki – Mengapa menimbulkan polemik?

Pidato Prabowo memuji Mustafa Kemal Atatürk di Turki – Mengapa menimbulkan polemik?

Presiden IndonesiaPrabowo Subianto menyampaikan pidato di Parlemen Turki, Ankara.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato di Parlemen Turki, Ankara.

Pidato Presiden Prabowo Subianto di parlemen Turki yang memuji Mustafa Kemal Atatürk, presiden pertama sekaligus pendiri Republik Turki modern, serta Sultan Muhammad Al-Fatih, yang dikenal sebagai Mehmed II Sang Penakluk, menuai polemik di antara para pengguna media sosial, baik di Indonesia maupun di Turki.

Sejumlah warganet memandang Prabowo tidak memahami konteks politik internal yang tengah terjadi di Turki.

Pasalnya, parlemen Turki kini didominasi oleh Partai Keadilan dan Pembangunan (Adalet ve Kalkınma Partis – AKP), yang kerap menunjukkan sikap anti-Kemalis (pendukung Atatürk).

Namun di sisi lain, beberapa warganet menganggap bahwa pidato Prabowo sebagai hal yang tepat karena Atatürk dan Mehmed II merupakan tokoh bangsa Turki.

Di Turki kini tengah terjadi persaingan kekuatan antara kubu pendukung Kemal yang sekuler, di bawah Partai Rakyat Republik (Cumhuriyet Halk Partisi – CHP), dengan kubu penguasa AKP yang konservatif pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdoğan.

Ketegangan terbaru antara kedua kekuatan ini terlihat ketika tokoh CHP yang menjadi calon kuat pesaing Erdoğan pada pemilu presiden mendatang, Ekrem Imamoglu, ditangkap atas tuduhan korupsi dan membantu kelompok teroris.

Penangkapan ini disebut sebagai tindakan anti-demokrasi dan memicu aksi demonstrasi besar di beragam kota di Turki.

Orang-orang berpartisipasi dalam pawai untuk merayakan pendiri Turki modern Mustafa Kemal Ataturk pada 19 Mei 2016 di Istanbul, Turki.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Orang-orang berpartisipasi dalam pawai untuk merayakan pendiri Turki modern Mustafa Kemal Ataturk pada 19 Mei 2016 di Istanbul, Turki.

Sementara itu, pakar hubungan internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, menilai pidato seorang kepala negara di kancah internasional harus netral, menggugah, dan memahami suasana sosial, ekonomi hingga politik yang terjadi secara global.

Pidato Presiden Soekarno berjudul To Build the World Anew yang ditetapkan sebagai Memory of the World oleh UNESCO dianggap Rezasyah sebagai contoh terbaik.

Nilai-nilai itu “kurang tercermin” dalam pidato Presiden Prabowo Subianto di hadapan parlemen Turki, 10 April lalu, menurut Rezasyah.

“Pernyataan [Prabowo] memuaskan kelompok tertentu, tapi tidak memuaskan kelompok yang lain. Idealnya seorang pemimpin harus seimbang, dan menampilkan nilai-nilai universal kemanusiaan tanpa merujuk sosok-sosok yang berpotensi menimbulkan polemik,” kata Rezasyah saat dihubungi BBC News Indonesia, Senin (14/04).

Apa isi pernyataan Prabowo?

Presiden IndonesiaPrabowo Subianto menyampaikan pidato di Parlemen Turki, Ankara.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Presiden Indonesia Prabowo Subianto menyampaikan pidato di Parlemen Turki, Ankara.

Presiden Prabowo Subianto melakukan kunjungan kenegaraan ke Turki, Kamis (10/04), sebagai balasan atas kedatangan Presiden Erdoğan ke Indonesia pada Februari lalu.

Salah satu agenda dalam kunjungan itu adalah Prabowo memberikan pidato kenegaraan di hadapan para anggota parlemen Turki di Ankara.

Dalam pidatonya, Prabowo bercerita bahwa saat muda dirinya begitu mengagumi dua tokoh penting Turki, yaitu Mustafa Kemal Atatürk dan Sultan Muhammad Al-Fatih.

Presiden IndonesiaPrabowo Subianto menyampaikan pidato di Parlemen Turki, Ankara.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Potret parlemen Turki saat Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidatonya.

“Sebagai anak muda, saya punya pahlawan, saya punya ikon. Sebagai anak muda, pahlawan saya, ikon saya adalah Mustafa Kemal Atatürk dan Mehmed, Sang Penakluk,” kata Prabowo, dilansir dari Youtube Sekretariat Presiden.

Mustafa Kemal Atatürk merupakan pemimpin perang kemerdekaan yang mengusir penjajah dan mendirikan negara Turki modern. Dengan paham sekularitasnya, Kemal menggantikan hukum-hukum Islam yang digunakan selama Kesultanan Ottoman ke nilai-nilai demokratis Barat.

Mustafa Kemal Atatürk (tengah).

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Mustafa Kemal Atatürk (tengah).
garis

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

garis
Mehmed Sang Penakluk (1432-1481), Sultan Ottoman yang digambarkan sebagai 'penguasa dua daratan dan dua lautan'.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Mehmed Sang Penakluk (1432-1481), Sultan Ottoman yang digambarkan sebagai ‘penguasa dua daratan dan dua lautan’.
Lewati Whatsapp dan lanjutkan membaca

Akun resmi kami di WhatsApp

Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.

Klik di sini

Akhir dari Whatsapp

Mehmed Al Fatih adalah Sultan Ottoman ketujuh yang menaklukkan banyak wilayah Eropa. Puncaknya adalah pengepungan dan penaklukan Konstantinopel, yang mengakhiri kejayaan Kekaisaran Bizantium selama lebih dari 1.000 tahun.

Pujian dari Prabowo itu disambut tepuk tangan dari para peserta yang hadir.

“Kalau saudara datang ke kantor saya di Jakarta, kalau saudara datang ke rumah saya di Jakarta, ada patung Mustafa Kemal Atatürk di kantor saya, di rumah saya,” tambahnya.

Mungkin Anda tertarik:

Riuh tepuk tangan kembali terdengar saat Prabowo ingin melanjutkan pidatonya.

“Bagi kami, tidak hanya di Indonesia, saya bicara di Global South, di negara-negara yang sedang berkembang, Mustafa Kemal Atatürk adalah sebuah ikon, sebuah contoh keberanian, contoh kepemimpinan, contoh patriotisme, contoh semangat tidak mengenal menyerah.”

Prabowo pun menilai, di tengah ketegangan geopolitik saat ini, dibutuhkan sosok kepemimpinan yang penuh keberanian dan kearifan seperti yang dimiliki Mustafa Kemal Atatürk.

Pro-kontra pernyataan Prabowo di jagad maya

Ungkapan selamat datang Prabowo Subianto di Turki.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Ungkapan selamat datang Prabowo Subianto di Turki.

Namun, pernyataan Prabowo itu mengundang perbincangan di X, dulu bernama Twitter.

Salah satunya diutarakan oleh profesor ilmu politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga pendiri Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi.

“Pidato Presiden Prabowo yang memuji Kemal Ataturk ini memicu diskusi yang ramai di Turki. Apalagi disampaikan di Parlemen Turki yang didominasi partai Islamis AKP yang dianggap anti-sekulerisme Kemal.”

Hentikan X pesan, 1

Izinkan konten X?

Artikel ini memuat konten yang disediakan X. Kami meminta izin Anda sebelum ada yang dimunculkan mengingat situs itu mungkin menggunakan cookies dan teknologi lain. Anda dapat membaca X kebijakan cookie dan kebijakan privasi sebelum menerima. Untuk melihat konten ini, pilihlah ‘terima dan lanjutkan’.

Peringatan: BBC tidak bertanggung jawab atas konten situs eksternal

Lompati X pesan, 1

Konten tidak tersedia

Lihat lebih banyak di XBBC tidak bertanggung jawab atas konten dari situs eksternal

Di parlemen Turki, AKP menguasai 272 kursi, sementara CHP sebagai oposisi dengan 134 kursi.

Namun di 81 wilayah ibu kota provinsi, CHP berkuasa di 35 wilayahsedangkan AKP di 24 wilayah.

Ankara, Istanbul, Antalya, dan Borsa—kota-kota utama Turki—dikuasai oleh CHP.

Hentikan X pesan, 2

Izinkan konten X?

Artikel ini memuat konten yang disediakan X. Kami meminta izin Anda sebelum ada yang dimunculkan mengingat situs itu mungkin menggunakan cookies dan teknologi lain. Anda dapat membaca X kebijakan cookie dan kebijakan privasi sebelum menerima. Untuk melihat konten ini, pilihlah ‘terima dan lanjutkan’.

Peringatan: BBC tidak bertanggung jawab atas konten situs eksternal

Lompati X pesan, 2

Konten tidak tersedia

Lihat lebih banyak di XBBC tidak bertanggung jawab atas konten dari situs eksternal

Beberapa akun X pun memberikan kritikan atas pernyataan Prabowo itu.

“Analogi yang mudah dipahami, semacam tamu negara pidato di depan DPR RI lima tahun lalu memuji pemerintahan Suharto ditengah-tengah DPR RI yang dikuasai PDIP.”

Akun-akun twitter lainnya pun menuliskan pandangan yang serupa.

“Di saat Turki ribut sendiri CHP Vs AKP, [CHP partainya Ataturk, berhaluan sekularisme, nasionalisme] vs [AKP partai berhaluan Neo-Ottoman dan cenderung Agamis], Prabowo malah bahas Mustafa kemal Ataturk dan Sultan Mehmed, langsung ribut lagi deh.”

“Pak @prabowo apakah enggak melakukan studi singkat kalau partai AKP khususnya Presiden Erdoğan yang saat ini berkuasa bukan pihak yang mengagungkan Mustafa Kemal Pasha sang Atatürk? Better membanggakan Sultan Hamid ke II atau Sultan Mehmed sang penakluk Konstantinopel.”

“Saat saya dengar pidato itu sudah membatin saya karena partai berkuasa sekarang mau menghilangkan semua jejak-jejak Kemal Atatürk.”

Namun, di antara kritikan itu, beberapa akun membela pidato Prabowo.

“Presiden Prabowo mengagumi dua orang tokoh pahlawan Turki, yaitu Mustafa Kemal dan Fatih Sultan Mehmed. Itu sama seperti mengagumi Soekarno dan Fatahillah. Tidak ada yang salah karena keduanya tokoh bangsa. Di semua gedung-gedung pemerintah, bandara, dll, foto Bapak Recep Tayyip Erdoğan terpasang di sebelah foto Bapak Mustafa Kemal Atatürk.”

“Jika ada orang yang harus berbicara terus terang tentang Turki maka seorang presiden adalah sosok yang tepat. Indonesia sebagai negeri heterogen menjadikannya lebih tepat lagi. Prabowo mengingatkan Turki, bahwa Mehmed Al-Fatih dan Kemal Atatürk keduanya realita yang hidup.”

“Saya juga kaget ketika menontonnya, namun bagi saya Pak Prabowo sudah bicara berdasarkan kenyataan. Itu adalah kejujuran yang harus disampaikan. Intinya Pak Prabowo menyampaikan pentingnya demokrasi dan menjunjung tinggi konstitusi negara.”

Garis

Bagaimana reaksi di Turki atas pidato Prabowo?

Analisis Hilken Boran, wartawan BBC Turki

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyambut Presiden Indonesia Prabowo Subianto dengan upacara resmi di Kompleks Kepresidenan di Ankara, Turki pada 10 April 2025.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyambut Presiden Indonesia Prabowo Subianto dengan upacara resmi di Kompleks Kepresidenan di Ankara, Turki pada 10 April 2025.

Video pernyataan Prabowo yang memuji Kemal pun ramai diunggah oleh beberapa akun yang terverifikasi di Turki, dan disertai tulisan dalam bahasa Turki berupa:

“Saat saya muda, pahlawan saya adalah Mustafa Kemal Atatürk dan Fatih Sultan Mehmed. Ada patung Atatürk di rumah saya. Mustafa Kemal adalah contoh dari kepemimpinan, patriotisme, dan pantang menyerah.”

Namun, akun lembaga penyiaran negara Turki memilih memasukan pernyataan Prabowo yang lain ke media sosial mereka. Hal itu pun menimbulkan kritikan dari beberapa warganet Turki.

“Apakah Anda pikir dengan memotong bagian di mana Prabowo menyebut Atatürk sebagai idola akan membuat orang melupakan Atatürk? Anda tidak dapat melewati Atatürk, Anda tidak dapat menyangkalnya. Anda mendayung dengan sia-sia, Anda sudah selesai, keluar dari sini.”

“Media radio dan televisi Turki yang menyensor Atatürk!!! Ayolah, Anda sudah mengalahkan diri Anda sendiri…”

Upaya media pemerintah Turki itu diduga bertujuan untuk menghilangkan referensi ke Atatürk dan merendahkan kedudukannya.

Hal ini sejalan dengan kritik yang sering dilayangkan oleh AKP dan media-media pro-pemerintah di Turki.

Suara-suara pro-pemerintah sering mengkritik Atatürk dan rekan-rekannya karena membubarkan Kekaisaran Ottoman setelah perang kemerdekaan Turki.

Mereka juga mengkritik, baik secara terbuka maupun terselubung, “kebiasaan minum” Atatürk.

Erdoğan menyinggung sosok “dua pemabuk” dalam pidato parlemen pada 2013, yang menyiratkan kebiasaan Atatürk dan Presiden kedua Turki, İsmet İnönü.

Di sisi lain, oposisi utama pemerintah saat ini adalah Partai Rakyat Republik (CHP) yang didirikan oleh Atatürk.

Basis dukungan CHP secara tradisional terdiri dari “Kemalis” yang mendesak agar Turki dijalankan sesuai dengan ajaran Atatürk, terutama yang berkaitan dengan sekularisme.

Hal ini sangat kontras dengan visi Erdoğan dan para pendukungnya tentang Turki yang menempatkan nilai-nilai Islam di garis depan, seperti contoh mengubah Hagia Sophia dari museum menjadi mesjid.

Garis

Sengitnya pertarungan politik internal di Turki

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, mengatakan bahwa kini terjadi pertarungan yang sengit antara kubu penguasa dan oposisi di politik internal di Turki.

“Pertarungan politik ini terjadi antara kelompok pendukung Kemalis yang sekuler lewat Partai CHP, yang ingin merebut kekuasaan dari petahanan Presiden Erdoğan, AKP, yang konservatif agama,” kata Rezasyah.

Rezasyah merujuk pada aksi terbaru saat Wali Kota Istanbul yang menjadi calon penantang kuat Erdoğan dalam pemilu presiden mendatang, Ekrem Imamoglu ditangkap aparat keamanan pada Rabu (19/03) lalu.

Imamoglu dituduh melakukan korupsi dan membantu organisasi teroris. Penuntut menyebut Imamoglu sebagai “tersangka pemimpin organisasi kriminal”.

Para pengunjuk rasa memegang suar asap ungu selama unjuk rasa menentang penangkapan Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Para pengunjuk rasa memegang suar asap ungu selama unjuk rasa menentang penangkapan Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu.

Penangkapan ini terjadi beberapa hari sebelum Imamoglu diumumkan sebagai calon presiden dari CHP.

Selain Imamoglu, aparat keamanan juga menangkap dan menahan sekitar 100 orang lainnya, termasuk politisi, jurnalis, dan pengusaha.

Sebagai respon, ratusan ribuan orang melakukan aksi demonstrasi dalam beberapa hari berikutnya di berbagai kota di Turki. Mereka menyebut penahanan Imamoglu sebagai tindakan anti-demokrasi.

Hampir 2.000 orang telah ditangkap, termasuk beberapa wartawan yang meliput protes itu.

Demonstran memprotes penangkapan Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu di Atatürk Boulevard pada 22 Maret 2025 di Ankara, Turki.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Demonstran memprotes penangkapan Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu di Atatürk Boulevard pada 22 Maret 2025 di Ankara, Turki.

Partai Imamoglu, CHP, bahkan mengutuk penangkapan tersebut sebagai “kudeta terhadap presiden kita berikutnya.”

Namun, Menteri Kehakiman Turki, Yilmaz Tunc, menyebut tudingan itu “sangat berbahaya dan salah”, dan menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang kebal hukum di Turki.

Erdoğan dan partainya juga membantah klaim tersebut, dan menegaskan bahwa peradilan Turki bersifat independen.

Kecaman juga muncul dari dunia internasional.

Kementerian Luar Negeri Perancis menyatakan pemenjaraan Imamoglu dan puluhan orang lain adalah serangan terhadap demokrasi.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan kekhawatiran mendalam atas penangkapan Imamoglu dan mengingatkan kewajiban pemerintah Turki untuk menegakkan nilai-nilai demokrasi.

‘Pernyataan presiden itu harus paham konteks dan netral’

Terlepas dari polemik itu, pengamat HI dari Unpad, Teuku Rezasyah, memandang pidato seorang kepala negara di dunia internasional harus “netral, menggugah dan memahami suasana sosial, ekonomi hingga politik yang terjadi secara global.”

“Jadi saya pikir statement [Prabowo] ini mungkin memuaskan kelompok tertentu tapi tidak memuaskan dari kelompok yang lain. Idealnya seorang pemimpin harus balance ya,” kata Rezasyah.

Seharusnya, katanya, pidato Prabowo menampilkan nilai-nilai universal kemanusiaan dan perjuangan setiap bangsa, tanpa merujuk sosok-sosok yang berpotensi menimbulkan polemik.

“Menurut saya, pidatonya harusnya fokus ke kearifan nilai bukan ke sosok, baik nilai-nilai dari pemerintahan Kemal maupun sebelumnya, Ottoman yang membuat Islam menjadi kekuatan yang dahsyat,” kata Rezasyah.

Prabowo Subianto melakukan kunjungan kenegaraan ke Turki.

Sumber gambar, Biro Pers Sekretariat Presiden

Keterangan gambar, Prabowo Subianto melakukan kunjungan kenegaraan ke Turki.

Sementara itu, pengamat HI dari Universitas Pelita Harapan, Edwin Tambunan, menilai pidato kepala negara memiliki banyak makna.

Pertama, dan paling mendasar adalah untuk memproyeksikan citra dari negaranya “sehingga publik dan elite di negara di mana sang kepala negara berpidato memiliki kesan khusus terhadap negara asalnya.”

Kedua, menurutnya, untuk menarik simpati dan dukungan akan nilai-nilai, perjuangan, atau tujuan-tujuan tertentu yang sedang dikejar oleh kepala negara untuk negaranya.

Ketiga, untuk meyakinkan publik dan elite di negara lain bahwa kepala negara adalah sosok yang dipercaya dan negaranya adalah mitra yang diandalkan.

“Keempat, untuk mempromosikan ide-ide besar tentang tatanan baru [nasional, regional, dan global] dari sang kepala negara ataupun negaranya di mancanegara. Kelima, untuk memupuk kemitraan, koalisi, atau aliansi dalam menghadapi tantangan maupun ancaman yang sedang dihadapi.”

Mencontoh Pidato Soekarno

Presiden Soekarno (tengah) bersama Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru (kanan) dan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser di New York pada 4 Oktober 1960.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Presiden Soekarno (tengah) bersama Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru (kanan) dan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser di New York pada 4 Oktober 1960.

Rezasyah dan Edwin pun sepakat, salah satu pidato kepala negara Indonesia terbaik adalah pidato Presiden Soekarno berjudul “To Build the World Anew” (Membangun Dunia Baru).

Tak tanggung-tanggung, Soekarno menyampaikan pandangan itu dalam Sidang Umum PBB di New York, AS, pada 30 September 1960.

Saking bernasnya, pidato Soekarno itu ditetapkan UNESCO sebagai Ingatan Kolektif Dunia (Memory of the World).

Dalam pidato tersebut, Soekarno menguraikan pemikiran konseptualnya tentang nasionalisme, anti-kolonialisme dan anti-imperialisme.

Soekarno juga menekankan pentingnya solidaritas dan keadilan sosial antarbangsa, kebijakan koeksistensi damai dan pelucutan senjata, dan rekonstruksi/penguatan PBB.

Tak luput, Soekarno juga memperkenalkan Pancasila sebagai ideologi alternatif, di tengah pertarungan ideologi dunia.

Dengan mengelaborasi konsep-konsep ini, Soekarno mengartikulasikan keinginan negara-negara yang baru merdeka untuk diakui sebagai anggota masyarakat internasional yang setara.

Konsep Soekarno tersebut juga mendorong negara-negara lain di dunia untuk lebih aktif dalam menciptakan perdamaian dan kesetaraan dunia, yang diwujudkan dalam Gerakan Non-Blok pada 1961.

Ini salah satu kutipan dalam pidato Soekarno.

“Bangunlah dunia ini kembali. Bangunlah dunia ini kokoh dan kuat dan sehat. Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan. Bangunlah dunia yang sesuai dengan impian dan cita-cita umat manusia. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lampau karena fajar sedang menyingsing. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lampau sehingga kita bisa mempertanggungjawabkan diri terhadap masa depan.”

Tinggalkan Balasan