KUBET – Rencana pemerintah bangun Sekolah Rakyat – ‘Buang-buang duit dan buka celah korupsi, lebih baik gratiskan SD sampai SMA’

Rencana pemerintah bangun Sekolah Rakyat – ‘Buang-buang duit dan buka celah korupsi, lebih baik gratiskan SD sampai SMA’

Seorang siswa sekolah dasar berharap pemerintah memperbaiki sekolahnya di Duren Sawit, Jakarta, 4 Maret 2016.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Ilustrasi: seorang siswa sekolah dasar berharap pemerintah memperbaiki sekolahnya.

Pemerintah saat ini tengah membuka pendaftaran guru dan siswa untuk Sekolah Rakyat, sebuah program pendidikan gratis yang akan menampung murid dari keluarga miskin dan miskin ekstrem dengan konsep asrama. Pembangunan sekolah yang disebut akan menyedot duit hingga Rp150 miliar per sekolah ini diklaim untuk “memuliakan keluarga miskin dan memutus mata rantai kemiskinan”.

Namun, apakah masyarakat telah mendapatkan sosialisasi sekolah rakyat yang rencananya dimulai tahun ini?

Dan, apakah sekolah rakyat yang memiliki daya tampung terbatas menjadi salah satu jawaban dalam upaya meningkatkan taraf hidup 24,06 juta orang miskin dan 2,3 juta orang miskin ekstrem di Indonesia?

BBC News Indonesia mewawancarai beberapa warga di Solo, Makassar, dan Batam, wilayah yang akan dibangun sekolah rakyat, serta pengamat pendidikan untuk melihat pandangan mereka tentang sekolah rakyat.

Tutiek Budhawati, 44 tahun, tampak sibuk membereskan perlengkapan sekolah putri bungsunya yang berserakan di lantai rumah kontrakannya berukuran 2×4 meter di Solo, Jawa Tengah.

Walaupun bekerja sebagai buruh cuci harian, Tutiek berharap putrinya yang duduk di kelas IV itu bisa menggapai cita-citanya, menjadi seorang guru.

“Dulunya cita-citanya ingin jadi dokter, terus ingin jadi pramugrari tetapi sekarang ingin jadi guru, katanya suka mengajar,” kata Tutiek sambil tersenyum, Rabu (09/04).

Namun, memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya bukan perkara mudah bagi Tutiek.

Sebagai buruh cuci, Tutiek mendapat gaji Rp1,2 juta per bulan. Sedangkan suaminya yang bekerja sebagai kernet mobil toko bangunan berpenghasilan tak menentu.

“Kadang suami dapat Rp200.000, kadang Rp300.000 per minggu,” ujar Tutiek yang tinggal di rumah kontrakan satu kamar dengan biaya sewa Rp350.000 per bulan.

Tutiek Budhawati, 44 tahun, mengaku belum mendengar sosialisasi sekolah rakyat.

Sumber gambar, Fajar Sodiq

Keterangan gambar, Tutiek Budhawati, 44 tahun, mengaku belum mendengar sosialisasi sekolah rakyat.

Solo adalah satu dari sekitar 60 lokasi percontohan untuk Sekolah Rakyat, tepatnya berada di Sentra Terpadu Prof Dr Soeharso.

Tempat itu merupakan fasilitas rehabilitas sosial milik Kementerian Sosial yang berjarak sekitar 4,9 kilometer dari kediaman pribadi Presiden Ketujuh Jokowi dan berjarak 3,9 kilometer dari Keraton Kasunanan Surakarta.

‘Banyak orang kaya minta surat miskin biar dapat sekolah negeri gratis’

Namun, Tutiek mengaku belum mendengar sosialisasi terkait program itu di wilayahnya. Padahal, rumah Tutiek tak jauh dari rencana lokasi Sekolah Rakyat itu.

“Sekolah Rakyat itu mencakup semua [jenjang sekolah]? Semua fasilitas dibiayai pemerintah? Saya tidak tahu apa-apa,” ucapnya.

Minimnya sosialisasi itu, membuat Tutiek pesimis jika sekolah rakyat dapat menjangkau kelompok miskin seperti dirinya.

Apalagi, katanya, akhir-akhir ini banyak program pendidikan bagi warga tak mampu yang tidak tepat sasaran.

“Kan sekarang banyak orang-orang kaya minta surat miskin biar dapat sekolah negeri yang gratis,” katanya.

Tutiek Budhawati mengaku belum mendengar sosialisasi sekolah rakyat.

Sumber gambar, Fajar Sodiq

Keterangan gambar, Tutiek Budhawati mengaku belum mendengar sosialisasi Sekolah Rakyat.

Tutiek juga mempertanyakan tujuan dari Sekolah Rakyat, karena sekolah negeri yang selama ini berjalan menurutnya “masih terjadi banyak kekurangan”.

Namun, penanggung jawab Sekolah Rakyat Sentra Terpadu Prof Dr Soeharso, Zaini Dahlan, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan sosialisasi sekolah rakyat ke para pendamping program keluarga harapan (PKH).

PKH adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga miskin.

Baca selengkapnya:

“Dan, besok akan ada sosialisasi dengan dinas pendidikan, dinas sosial, kepala sekolah MTS dan SMP se-Surakarta,” kata Zaini.

Selain sosialisasi, persiapan sarana prasarana sekolah rakyat pun tengah dilakukan, katanya.

“Rencananya di sini untuk tingkat SMA sebanyak empat rombel [rombongan belajar]. Masing-masing satu kelas berisi 25 siswa, jadi total ada 100 siswa,” sebutnya.

Solo adalah satu dari sekitar 60 lokasi percontohan untuk sekolah rakyat, tepatnya berada di Sentra Terpadu Prof Dr Soeharso milik Kemensos.

Sumber gambar, Fajar Sodiq

Keterangan gambar, Solo adalah satu dari sekitar 60 lokasi percontohan untuk sekolah rakyat, tepatnya berada di Sentra Terpadu Prof Dr Soeharso milik Kemensos.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Solo, Heri Mulyadi mengatakan mekanisme perekrutan siswa yang tidak mampu nanti akan dilihat berdasarkan data yang dimiliki Dinsos Solo.

“Kalau di dinas sosial itu kan namannya ESIK [elektronik sistem informasi kesejahteraan], itu kan ada anak-anak mana yang dari keluarga miskin. Kita ada datanya, tapi kan belum tentu [mau] karena diatur boarding class dan menginap seperti di pondok,” jelasnya.

‘Buang-buang duit, lebih baik gratiskan SD sampai SMA’

Lokasi selanjutnya yang disebut akan dibangun sekolah rakyat adalah di Rempang dan Galang, Batam, Kepulauan Riau, daerah yang sedang dilanda konflik agraria Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City.

Seorang warga Rempang, Sukri mengaku sempat mendengar rencana Sekolah Rakyat di wilayahnya. Namun, dia menilai sekolah rakyat tak tepat dibangun di Pulau Rempang-Galang.

“Sekolah negeri sudah gratis, untuk apalagi? Bantuan dari pemerintah juga sudah ada,” ujar Sukri, Jumat (09/04).

Begitu juga yang dikatakan Aris, Ketua RT di Sembulang Hulu, Pulau Rempang.

Menurutnya lebih baik pemerintah fokus untuk memastikan bantuan sekolah yang ada tersalurkan tepat sasaran.

M Aris Ketua RT Sembulang Hulu, Pulau Rempang, Kota Batam saat ditemui dikediamannya, Rabu 10 April 2025.

Sumber gambar, Yogi Eka Sahputra

Keterangan gambar, Aris, Ketua RT di Sembulang Hulu, Pulau Rempang, Kota Batam saat ditemui di kediamannya, Rabu (10/04).

“Sebetulnya bukan Sekolah Rakyat yang cocok, yang cocok sekolah umum digratiskan. Kalau Sekolah Rakyat buang-buang duitlah, lebih baik gratiskan SD sampai SMA,” ujar Aris.

Meskipun banyak rencana pemerintah memasukkan program ke Rempang, Aris menegaskan, hal itu tidak mengoyahkan komitmen warga untuk menolak penggusuran.

Informasi akan dibangunnya Sekolah Rakyat di Pulau Rempang-Galang disampaikan langsung Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Nyanyang Haris Pratamura beberapa hari yang lalu.

Warga Rempang memanjatkan doa saat merayakan Halal bi Halal di Masjid Nurul Huda, Kampung Sembulang Hulu, Pulau Rempang, Kota Batam, Rabu 9 April 2025.

Sumber gambar, Yogi Eka Sahputra

Keterangan gambar, Warga Rempang memanjatkan doa saat merayakan Halal bi Halal di Masjid Nurul Huda, Kampung Sembulang Hulu, Pulau Rempang, Kota Batam, Rabu (09/04).

Namun, saat dikonfirmasi kembali, Nyayang meralat pernyataan itu.

“Kalau sekolah rakyat itu belum akan dibuka di Rempang-Galang, maksud saya yang sekolah di Rempang adalah sekolah program Kementerian Transmigrasi yaitu Universitas Patriot di relokasi Tanjung Banon,” kata Nyanyang melalui sambungan telpon, Kamis (10/04).

Saat ini, kata Nyanyang, Pemprov Kepri sudah mengajukan pembukaan Sekolah Rakyat seluas 20 hektar di Pulau Dompak, Kota Tanjung Pinang.

Kepala Dinas Sosial Kota Batam, Leo Putra mengatakan, sampai saat ini program sekolah rakyat masih sebatas pemberitahuan ke daerah, belum ada petunjuk teknisnya.

“Saya sudah konfirmasi ke Kemensos, bahwa ini program bukan Kemensos sendiri, tetapi sama-sama. Kemensos tugasnya mencari orang yang menerima, kalau kurikulum itu dinas pendidikan,” kata Leo.

‘Belum pernah dengar, tapi kalau ada pasti saya mau daftar’

Kamaruddin berharap kedua anaknya dapat mengenyam pendidikan yang tinggi dan bekerja di kantoran.

Sumber gambar, Darul Amri

Keterangan gambar, Kamaruddin berharap kedua anaknya dapat mengenyam pendidikan yang tinggi dan bekerja kantoran.

Kota Makassar, Sulawesi Selatan, menjadi lokasi lain yang akan dibangun sekolah rakyat, tepatnya di Sentra Wirajaya Ditjen Rehabilitasi Sosial milik Kemensos.

Tidak jauh dari Sentra Wirajaya ini berdiri perkampungan nelayan Untia.

Seorang warganya yang bekerja sebagai nelayan, Kamaruddin, mengungkapkan belum tahu soal program Sekolah Rakyat di wilayahnya.

“Belum pernah saya dengar itu, tapi kalau ada pasti saya mau daftarkan itu anak saya yang dua orang,” ungkapnya sambil mempersiapkan alat melaut di dalam rumahnya yang berdinding seng bekas dan beratap papan, Rabu (09/04).

Kamaruddin memiliki tiga anak. Yang pertama telah putus sekolah karena keterbatasan biaya. “Anakku yang pertama sudah putus [sekolah], sudah ada kerjanya [buruh], kenal uang juga,” katanya.

Dua anak lainnya kini tengah bersekolah di SD dan SMP. Kamaruddin berharap kedua anaknya dapat mengenyam pendidikan yang tinggi dan bekerja di kantoran.

“Sebagai orang tua pasti mau anaknya bersekolah, apalagi kalau gratis,” kata Kamaruddin.

Gedung Ditjen Rehabilitasi Sosial Sentra Wirajaya Makassar yang rencananya akan dibangun sekolah rakyat.

Sumber gambar, Darul Amri

Keterangan gambar, Gedung Ditjen Rehabilitasi Sosial Sentra Wirajaya Makassar yang rencananya akan dibangun sekolah rakyat.

Warga lain di kampung nelayan Untia, Suryanti juga mengaku belum menerima sosialisasi tentang sekolah rakyat.

Padahal, rumah Suryanti berhadapan langsung dengan gerbang Sentra Wirajaya.

“Ini barusan baru saya tahu tentang Sekolah Rakyat. Karena jangan sampai buat program saja baru tidak sesuai, karena ada dana ini jadi untuk bisa cair ya dibuat programnya saja,” ujarnya.

Anak pertama Suryanti telah lulus sekolah. Sementara anak keduanya baru masuk SMP dan yang ketiga masih usia empat tahun.

“Sekolah Rakyat ini bagaimana sistemnya? Dia di bidang apa dulu? Jangan sampai dibuat program seperti ini, itu, tapi tidak diinginkan atau bagaimana,” katanya yang suaminya bekerja sebagai seorang buruh di salah satu pergudangan di pusat kota Makassar.

Penanggung jawab Sekolah Rakyat Sentra Wirajaya, Yusran mengatakan di fasilitas milik Kemensos itu akan dibangun sekolah rakyat jenjang SMP dengan kuota 50 orang, yang rencananya akan dibuka pada Juli mendatang.

Sumber gambar, Darul Amri

Keterangan gambar, Penanggung jawab Sekolah Rakyat Sentra Wirajaya, Yusran mengatakan di fasilitas milik Kemensos itu akan dibangun sekolah rakyat jenjang SMP.
Lewati Whatsapp dan lanjutkan membaca

Akun resmi kami di WhatsApp

Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.

Klik di sini

Akhir dari Whatsapp

Ketika BBC News Indonesia mendatangi Sentra Wirajaya, beberapa orang terlihat tengah mengangkut barang-barang bekas dari dalam gedung, seperti televisi, komputer, dan sejumlah barang elektronik lainnya yang terlihat sudah tidak bisa difungsikan.

Penanggung jawab Sekolah Rakyat Sentra Wirajaya, Yusran, mengatakan di fasilitas milik Kemensos itu akan dibangun sekolah rakyat jenjang SMP dengan kuota 50 orang, yang rencananya akan dibuka pada Juli mendatang.

Yusran mengatakan, akan ada 15 gedung yang dipersiapkan untuk sekolah rakyat, seperti dua asrama untuk putri dan putra, tempat tinggal guru, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan dan fasilitas lainnya.

Terkait dengan sosialisasi ke masyarakat sekitar perkampungan nelayan di Untia, Yusran mengaku pihaknya sudah melakukannya, termasuk membuka pendaftaran bagi para siswa dengan kategori miskin dan miskin ekstrem.

“Pendaftarannya sudah kita buka, kita sasar warga sekitar,” tambah Yusran.

Apa itu Sekolah Rakyat dan tujuannya?

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan paparan dalam konferensi pers terkait kebijakan pemerintah untuk rakyat menjelang Hari Raya Idul Fitri di Istana Kepresidenan Jakarta, Jakarta, Selasa (11/3/2025). Presiden Prabowo menyebutkan THR 2025 bagi ASN, TNI/Polri, dan pensiunan mulai dicairkan Senin, 17 Maret 2025 dan gaji ke-13 untuk ASN akan dibayar pada awal tahun ajaran baru sekolah atau Juni 2025.

Sumber gambar, ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Keterangan gambar, Presiden Prabowo Subianto telah menyatakan bahwa dirinya akan membangun sekolah-sekolah berasrama di semua kabupaten.

Pembentukan dan penyelenggaraan Sekolah Rakyat tercantum dalam Instruksi Presiden RI Nomor 8 Tahun 2025 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Pengentasan Kemiskinan dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem, yang dikeluarkan Presiden Prabowo Subianto pada 27 Maret 2025.

Sebelum instruksi itu dikeluarkan, Prabowo telah menegaskan bahwa dirinya akan membangun sekolah-sekolah berasrama di semua kabupaten.

“Saya harap dalam empat tahun, semua kabupaten akan punya sekolah-sekolah berasrama untuk keluarga yang kurang mampu,” kata Prabowo, Kamis (13/03).

Sekolah Rakyat adalah sebuah program pendidikan berkonsep asrama yang menyasar anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, yaitu mereka berada di desil 1 dan 2 dalam Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).

Seluruh biaya pendidikan di Sekolah Rakyat, mulai dari seragam, makan, asrama, peralatan sekolah, dan lainnya, akan ditanggung oleh negara atau gratis.

Berdasarkan data BPS pada September 2024, jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 24,06 juta orang, yang mana sebagian besar (12,62 juta) berada di Pulau Jawa.

Sedangkan jumlah penduduk miskin ekstrem sebesar 2,3 juta jiwa atau 0,83% per Maret 2024.

Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengatakan Sekolah Rakyat bertujuan untuk “memuliakan keluarga miskin dan memutus mata rantai kemiskinan”.

Menteri Sosial Saifullah Yusuf menyampaikan paparan dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Senayan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Acara yang bertema Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Indonesia di Tengah Gelombang Perang tarif Perdagangan itu dihadiri jajaran menteri, Dewan Ekonomi Nasional, BI, LPS, OJK, dan sejumlah pemangku kepentingan.

Sumber gambar, ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Keterangan gambar, Mensos Saifullah Yusuf menyebut jika setiap tahun terdapat 1.000 siswa di 100 Sekolah Rakyat maka selama lima tahun akan ada 500.000 anak miskin yang menjadi agen perubahan untuk mengubah taraf hidup keluarga mereka.

Gus Ipul mencontohkan, jika setiap tahun terdapat 1.000 siswa di 100 sekolah rakyat maka selama lima tahun akan ada 500.000 anak miskin yang menjadi agen perubahan untuk mengubah taraf hidup keluarga mereka.

“Inilah nanti cara kita memutus transmisi kemiskinan melalui proses pendidikan Sekolah Rakyat,” kata Gus Ipul.

Sekolah Rakyat pertama akan didirikan di Bekasi, tepatnya di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL), Kota Bekasi, Jawa Barat.

Membutuhkan biaya Rp150 miliar untuk satu sekolah rakyat

Salah satu ruang kelas di Kabupaten Bogor yang tidak memiliki atap akibat renovasi yang bermasalah.
Keterangan gambar, Salah satu ruang kelas di Kabupaten Bogor yang tidak memiliki atap akibat renovasi yang bermasalah.

Pemerintah menargetkan untuk membangun 200 Sekolah Rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dari target tersebut, Gus Ipul, pada Kamis (20/03), mengatakan 100 sekolah akan dibiayai oleh uang negara, sementara 100 sisanya akan mengandalkan swasta.

Sejauh ini, kata Gus Ipul, ada 53 lokasi yang telah siap menyelenggarakan Sekolah Rakyat tahun ini. Selain itu, dia menambahkan, ada 82 lokasi untuk Sekolah Rakyat lain yang dalam proses penilaian bangunan dan tanah.

Presiden Prabowo dalam satu kesempatan mengatakan pembangunan satu Sekolah Rakyat membutuhkan anggaran Rp150 miliar.

“Satu sekolah kita hitung membutuhkan mungkin Rp 150 miliar dan kita minta pemda siapkan tanah. Kita akan bangun [dengan anggaran] dari [pemerintah] pusat, tetapi kabupaten cari tanah. Saya minta 20 hektare kalau bisa, minimal 5 (hektare), kalau bisa 20 hektare. Bupati-bupati mau karena dia tahu ini akan membantu rakyat dia yang paling bawah,” ujar Prabowo, Minggu (06/04).

Artinya, untuk 200 Sekolah Rakyat maka dibutuhkan dana sekitar Rp30 triliun.

Bagaimana kurikulum dan guru di sekolah rakyat?

JAKARTA, INDONESIA, 04 MARET: Murid-murid melihat ruang kelas SD negeri yang rusak dan ambruk di Duren Sawit, Jakarta, 4 Maret 2016. Minimnya perhatian pemerintah pusat untuk memperbaiki dua ruang kelas yang ambruk sejak tiga tahun lalu, membuat para siswa terpaksa belajar di laboratorium dan ruang guru.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Ilustrasi: Murid-murid melihat ruang kelas SD negeri yang rusak dan ambruk di Duren Sawit, Jakarta, 4 Maret 2016.

Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, Muhammad Nuh berkata kurikulum sekolah rakyat akan mengadopsi kurikulum nasional, yang disertai penambahan materi khusus sesuai kebutuhan siswa di lingkungan mereka.

Nuh juga mengatakan untuk siswa SMP dan SMA sekolah rakyat akan diperkenalkan berbagai keterampilan, termasuk coding, cyber security, dan data science, yang akan menjadi bagian dari kurikulum mereka.

Nuh mengatakan ada dua syarat utama bagi calon siswa Sekolah Rakyat, yaitu tingkat kemiskinan dan kemampuan akademik.

“Karena kapasitasnya terbatas, jumlahnya terbatas, maka harus ada seleksi. Kita ingin memastikan yang diterima adalah mereka yang benar-benar memiliki minat kuat untuk belajar,” kata Nuh.

Sementara itu, guru-guru di sekolah rakyat akan direkrut dari 60.000 guru yang telah lulus Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Kemendikdasmen.

Mensos Gus Ipul memperkirakan akan dibutuhkan lebih dari 1.000 guru di 53 lokasi sekolah rakyat yang sudah siap beroperasi.

Sedangkan untuk jumlah murid, dia memprediksi bakal ada 2.500 orang dari keluarga miskin.

Rekrutmen guru dan penjaringan siswa untuk Sekolah Rakyat pun disebut akan dimulai pada pertengahan atau akhir April 2025.

Tujuh potensi dampak negatif dari sekolah rakyat

Siswa SMP Negeri 1 Kupang belajar di gedung sekolah seadanya dengan lantai tanah dan atap jerami serta fasilitas yang sangat minim di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia, pada 08 Mei 2018. Sejak tiga tahun lalu, sejak sekolah tersebut dibangun secara swadaya masyarakat hingga kini belum memiliki fasilitas bangunan yang memadai dan layak, sehingga pada musim panas para siswa dan guru harus belajar di tengah debu dan lumpur saat musim hujan, sedangkan sekolah jarak jauh dengan Pemerintah Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 5.000 ruang kelas sekolah di NTT rusak dan tidak terbangun.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Kondisi sebuah sekolah SMP negeri di NTT.

Namun, beberapa pengamat pendidikan memiliki pandangan berbeda dalam melihat Sekolah Rakyat.

Menurut mereka, program ini berpotensi membuka celah penyelewengan yang baru dan bahkan menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.

Pertama, Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, menyebut Sekolah Rakyat berpotensi menjadi ladang korupsi jika pengelolaannya tidak transparan, akuntabel dan kredibel.

“Ya modusnya sama, mulai dari infrastruktur, pengadaan barang dan jasa, bantuan rutin seperti Program Indonesia Pintar [PIP], bantuan operasional sekolah [BOS], dan seterusnya. Itu yang seringkali terjadi penyelewengan dana-dana pendidikan, artinya hal ini juga berpotensi terjadi di sekolah rakyat, karena skemanya kan sama,” kata Ubaid.

Mengutip data ICW, sektor pendidikan tak pernah keluar dari posisi lima besar kasus korupsi yang sering terjadi. Sepanjang 2023, terdapat 30 kasus korupsi sektor pendidikan yang ditindak oleh penegak hukum, dan 40% dari korupsi pendidikan yang ditindak itu merupakan korupsi dana BOS.

Ditambah lagi, kata Ubaid, dana itu akan dikelola oleh Kemensos, yang dia sebut tidak memiliki rekam jejak dalam menyelenggarakan pendidikan.

“Kemendikdasmen [Kementerian Pendidikan] itu sejak Indonesia merdeka sudah mengurus pendidikan, itu saja hasilnya masih buruk kualitas pendidikan kita. Apalagi ada jenis pendidikan baru yang dikelola oleh kementerian yang tidak punya rekam jejak,” katanya.

Senada, pengamat pendidikan, Itje Chodijah, mengatakan program sekolah rakyat yang dadakan ini berpotensi “membutuhkan biaya dadakan-dadakan yang banyak pula, di mana di situ potensi penyelewengan pasti akan ada.”

Dinding sekolah taman kanak-kanak runtuh setelah gempa berkekuatan 5,0 skala Richter melanda Jawa Barat, Indonesia, pada 18 September 2024. Setidaknya 700 rumah rusak, 82 orang terluka, dan tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Ilustrasi: Dinding sekolah taman kanak-kanak runtuh setelah gempa berkekuatan 5,0 skala Richter melanda Jawa Barat, Indonesia, pada 18 September 2024.

Kedua, kata Ubaid, Sekolah Rakyat berpotensi menciptakan sistem pendidikan eksklusif yang hanya bisa diakses oleh anak-anak berdasarkan kasta atau kelas sosial-ekonomi tertentu.

“Ini mirip dengan kebijakan pendidikan di era kolonial: ada sekolah khusus anak keturunan penjajah, sekolah khusus pribumi, sekolah untuk para ningrat, dan sekolah untuk rakyat,” katanya.

Pengotak-ngotakan pendidikan ini, ujar Ubaid, berpotensi menimbulkan stigmatisasi, diskriminasi baru, serta memperparah kesejangan ekonomi dan juga sosial di kalangan masyarakat.

Ketiga yaitu potensi munculnya ketidakpastian pendidikan bagi anak. Ubaid menilai, nasib murid di Sekolah Rakyat akan sangat rentan jika terjadi pergantian kepemimpinan politik yang selalu berganti kebijakan.

“Kalau ganti pemerintah, ganti kebijakan, nasib sekolah rakyat ini bisa terbengkalai jika tidak dilanjutkan pemerintahan selanjutnya. Dan korbannya lagi-lagi muridnya. Jadi lebih baik fokus ke sekolah umum yang sudah ada,” kata Ubaid.

Keempat, pengamat pendidikan dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Jejen Musfah menilai Sekolah Rakyat malah berpotensi akan menciptakan ketidakadilan bagi anak-anak keluarga miskin itu sendiri.

“Sekolah Rakyat akan menjadi berkah bagi minoritas anak-anak miskin yang beruntung karena daya serap tidak mungkin langsung besar. Sedangkan memperbaiki sekolah-sekolah eksisting dan pendidikan gratis akan menjadi berkah bagi mayoritas anak-anak miskin.”

“Pemerintah punya pilihan, menolong minoritas dengan biaya yang besar, atau menolong mayoritas dengan biaya yang sama besarnya,” kata Jejen.

Sejumlah warga melihat atap Sekolah Dasar Negeri (SDN) 03 Sindangsari yang ambruk di Cabangbungin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada 9 Juli 2020. Menurut keterangan pihak sekolah, atap ruang kelas ambruk pada (23/6/2020) karena kondisi bangunan yang sudah tua dan belum ada perawatan dari pihak sekolah sejak diliburkan pada Februari lalu karena pandemi covid-19 serta belum ada penanganan dan tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Ilustrasi: Sejumlah warga melihat atap Sekolah Dasar Negeri (SDN) 03 Sindangsari yang ambruk di Cabangbungin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada 9 Juli 2020.

Kelima, Jejen melihat, Sekolah Rakyat berpotensi tidak maksimal karena terkesan terburu-buru untuk dilaksanakan tahun ini. Jejen menilai sampai saat ini belum ada kejelasan tentang proses rekrutmen dan kualitas guru, kurikulum pendidikan, hingga perekrutan siswa.

“Perencanaan yang tidak matang, program yang terburu-buru, itu setengah dari kegagalan. Nah, jadi saya melihat sekolah rakyat ini masuk ke dalam kategori ini,” kata Ketua Pengurus Besar (PB) PGRI ini.

Keenam, menurut pengamat pendidikan, Itje Chodijah, sekolah rakyat berpotensi tumpang tindih dengan sekolah yang ada.

“Sekolah negeri itu sudah ditata tanpa bayar, sekolah negeri di seluruh Indonesia gratis dan di sekolah negeri anak-anak dari keluarga apapun bersosialisasi belajar hidup. Jadi untuk apa ada sekolah rakyat?” katanya.

Ketujuh, Itje menilai, sekolah rakyat akan membuat anak-anak miskin ekstrem terisolasi dalam lingkungan yang tertutup dengan konsep asrama.

“Mereka akan terlepas dari sosialisasi masyarakat yang ada sebenarnya. Mereka hanya akan terekspos pada anak-anak yang dengan keadaan yang sama. Kenapa tidak memberikan shelter tapi sekolahnya tetap di sekolah umum, dan ditambah guru yang kompeten di sekolah umum?”

Langkah apa yang seharusnya dilakukan?

 Seorang siswa TK dengan kertas gambarnya di dalam sekolahnya yang rusak akibat gempa bumi tahun lalu di Tanjung, Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 22 Januari 2019.

Sumber gambar, Antara Foto

Keterangan gambar, Ilustrasi: Seorang siswa TK dengan kertas gambarnya di dalam sekolahnya yang rusak akibat gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat, 22 Januari 2019.

Daripada menghabiskan triliun rupiah untuk program sekolah yang baru dan belum terbukti, Ubaid dari JPPI menilai, pemerintah seharusnya menggunakan dana itu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas sekolah yang kini sudah ada dan juga membiayai anak-anak putus sekolah.

“Apakah sekolah rakyat mampu menampung empat juta anak yang tak bersekolah? Kan tidak bisa. Lebih baik uang itu digunakan ke sekolah umum dan anggaran pendidikan kita cukup untuk membuat semua murid SD sampai SMA bebas biaya atau gratis.”

“Jadi ada solusi yang lebih nyata daripada repot-repot bikin jenis sekolah baru, tinggal political will-nya saja,” katanya.

Senada, Jejen dari UIN Jakarta memandang, dana yang ada seharusnya digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah utama pendidikan, seperti putus sekolah, penahanan ijazah, sekolah rusak, perpustakaan, laboratorium dan lapangan olahraga yang minim, serta kesejahteraan guru.

“Alih-alih untuk mendirikan sekolah rakyat, sekolah garuda, kenapa dana yang terbatas dari pemerintah itu tidak digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang memang dihadapi oleh masyarakat miskin dan untuk memperbaiki kualitas sarana-prasarana sekolah-sekolah yang ada saat ini,” katanya.

Sejumlah murid membersihkan lingkungan sekolah saat hari pertama masuk sekolah di SD Negeri 83 Lambiri, Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Kamis (10/4/2025). Para murid dan guru di sekolah tersebut melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah dan menyiapkan ruang kelas di hari pertama mereka masuk sekolah usai libur lebaran Idul Fitri 1446 H.

Sumber gambar, ANTARA FOTO/Arnas Padda

Keterangan gambar, Sejumlah murid membersihkan lingkungan sekolah saat hari pertama masuk sekolah di SD Negeri 83 Lambiri, Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Kamis (10/04).

Dalam Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025-2045, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan Angka tidak sekolah (ATS) usia 6-18 tahun pada 2023 mencapai 4,2 juta anak.

Selain itu, terdapat 29.830 desa atau kelurahan yang tidak mempunyai satuan PAUD (TK/RA/BA). Kemudian, ada 302 kecamatan tidak mempunyai SMP/Mts dan 727 kecamatan tidak mempunyai SMA/SMK/MA.

Bukan hanya jumlah sekolah, keterbatasan akses internet dan listrik juga menjadi kendala perluasan akses pendidikan, khususnya dalam penerapan pembelajaran digital, yang mana 27.650 atau 10,03% satuan pendidikan belum mempunyai akses internet.

Terkait pandangan pengamat pendidikan tentang Sekolah Rakyat itu, BBC News Indonesia telah menghubungi Mensos Gus Ipul dan Ketua Formatur Sekolah Rakyat, M. Nuh, namun hingga berita ini ditayangkan belum ada tanggapan dari mereka.

Sebelumnya M. Nuh telah menyatakan bahwa “intinya, dana Rp1 yang dari APBN harus semuanya kita pertanggung jawabkan dengan baik. Baik dari sisi pertanggung jawaban administrasinya maupun pertanggung jawaban outcome dari Rp1 itu,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Kepulauan Riau Nyanyang Haris Pratamura mengatakan sekolah negeri juga akan diperbaiki perlahan di wilayahnya. Dia mencontohkan sejak 2022, sekolah sudah digratiskan untuk SMA, SMK, dan SLB.

“Jadi sekolah negeri juga perhatikan, Sekolah Rakyat ini juga kita butuhkan,” katanya.

Sedangkan, Kadinsos Solo, Heri Mulyadi merespon “itu kan pengamat, saya kan bukan pengamat. Saya orang pemerintah, bukan orang pemerintah, saya pegawai negeri yang menjalankan tugas saja. Berpikir positif aja,” ucap Heri.

Wartawan Yogi Eka Sahputra di Batam, Fajar Sodiq di Solo, dan Darul Amri di Makassar, berkontribusi dalam artikel ini.

Tinggalkan Balasan