Nasib pilu burung kicau: Ditangkap, dijejalkan dalam kardus, dan diperdagangkan secara ilegal
Setiap tahun, lebih dari 20 juta burung kicau ditangkap dan diperdagangkan secara ilegal di seluruh Indonesia, hanya demi memenuhi permintaan pasar.
Dan puluhan festival burung kicau digelar setiap tahun, memperebutkan hadiah hingga ratusan juta rupiah.
Dari hutan-hutan Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, burung kicau warna-warni diburu tanpa henti.
Dalam sekali pengiriman, ribuan burung dijejalkan dengan kondisi mengenaskan.

Sumber gambar, Flight
Flight, Lembaga Swadaya Masyarakat yang fokus menangani soal perlindungan burung, menyebut Pulau Jawa merupakan pasar terbesar perdagangan burung ilegal.
“Untuk pasar dalam negeri, Pulau Jawa masih menjadi pasar terbesar dari perdagangan ilegal burung. Karena ini juga terkait dengan praktik budaya masyarakat Jawa yang memang gemar memelihara burung,” ujar Direktur Eksekutif Flight, Marison Guciano.
Sementara, Ria Saryanthi, Conservation Advisor Burung Indonesia menyebut penghobi burung menjadi pendorong maraknya penangkapan burung kicau di alam.
“Jadi orang-orang atau komunitas-komunitas penghobi memelihara burung ini itulah yang menjadi salah satu penyebab kenapa banyak sekali orang ingin memiliki burung yang ada di alam ini. Untuk berada di rumahnya, tentunya ingin mendengar kicauannya,” paparnya.
Di sisi lain, sebagian besar burung kicau tak masuk dalam kategori satwa yang dilindungi, sehingga perlindungan terhadap mereka di alam masih minim.
Namun sesungguhnya peran mereka di ekosistem sangat penting.
“Mereka punya fungsinya sendiri dalam rantai makanan dalam ekosistem,” ujar Ria.
“Jadi ada yang fungsinya penyerbuk, jadi banyak sekali sekarang burung-burung madu, ini banyak yang ditangkap hanya karena, wah ini cantik, warnanya juga menarik,” lanjutnya.

Sumber gambar, BBC/Haryo Wirawan
Pemerintah Indonesia mengeklaim sudah memperketat penjagaan di pelabuhan-pelabuhan, untuk menekan penyelundupan burung ilegal. Usaha lain dilakukan, termasuk membangun penangkaran legal burung kicau.
Namun upaya menekan perdagangan ilegal masih terkendala, terutama karena banyak penghobi tak tahu asal-usul burung yang dibeli.
Salah satu penghobi burung, Taufik Iskandar menyebut, dibutuhkan edukasi bagi para penghobi burung, terutama mengenai asal-usul burung yang mereka beli.
“Kami perlu support edukasi karena sebagian penghobi burung ini enggak tahu mana yang ilegal, mana yang baik atau yang mana yang mungkin punah,” ujar Taufik.