Apakah kita tidak perlu lagi menggunakan pelindung ponsel?

Sumber gambar, Getty Images/Kinga Krzeminska
- Penulis, Thomas Germain
- Peranan, BBC Future
Ponsel pintar kini dibuat jauh lebih tangguh dari sebelumnya. Hal itu melahirkan kelompok baru, para ‘pemberani’ yang tidak lagi menggunakan pelindung ponsel alias casing. Mereka mengatakan, “casing adalah untuk para pengecut”.
Selama satu bulan, saya bergabung dengan kelompok pemberani, melepas casing dari ponsel saya, menghubungi para pakar, dan mempersiapkan mental jika layar ponsel saya retak.
Beberapa bulan yang lalu, saya membeli iPhone baru di Apple Store. Setelah memilah-milah model terbaru, seorang pramuniaga memberi tahu saya harga ponsel tersebut adalah US$1.119 (setara Rp19,7 juta).
Dia kemudian tertawa ketika saya bilang, harga itu nyaris menyamai sewa apartemen saya selama satu bulan. “Gila, bukan?” katanya.
Meskipun harga ponsel itu selangit, beberapa konsumen tampak santai berjalan-jalan dengan ponsel mereka tanpa pelindung. Tidak terlihat casing yang terpasang pada ponsel mereka, tidak ada pelindung layar.
Akhir dari Paling banyak dibaca

Sumber gambar, Getty Images/NurPhoto/Artur Widak
Ponsel mereka mengilap, dengan bingkai titanium dan layar kaca. Mereka tampak begitu santai menggunakan ponsel mereka di atas lantai keramik ataupun jalanan beton.
Apakah hanya saya yang memiliki ketakutan akan layar retak dan rangka yang tergores saat ponsel itu jatuh, tanpa perlindungan dari casing? Atau, itu semua hanya ada di pikiran saya?
“Ayolah, coba saja rasakan bagaimana kuatnya ponsel ini,” kata seorang teman kepada saya beberapa minggu kemudian.
Dia adalah seorang pria yang bangga tidak menggunakan casing ponsel.
Ia menyerahkan iPhone-nya kepada saya. iPhone itu tampak jauh lebih bagus tanpa casing, dan bahkan lebih enak dipegang.
“Sekarang mereka membuat ponsel yang lebih tangguh. Saya sering menjatuhkannya, tidak apa-apa,” katanya.
Menurut percakapan yang saya lakukan dengan produsen layar ponsel, orang-orang yang tidak menyukai casing dan orang-orang yang dibayar untuk merusak ponsel dengan sengaja, sepertinya teman saya itu bisa saja benar.
Para ahli sepakat, telepon pintar modern jauh lebih tangguh daripada pendahulunya.
Namun, kebanyakan orang yang saya kenal menggunakan casing sebagai pelindung ponsel.
Jadi siapa yang gila di sini? Saya memutuskan untuk mencari tahu.
Ketika saya sampai di rumah, saya melepas pelindung ponsel saya, memasukkannya ke dalam laci, dan berkomitmen untuk menjalani gaya hidup tanpa casing selama sebulan.
Saya mengajukan gagasan cerita tentang hal itu kepada editor saya. Dia menyukai ide itu, tetapi meyakinkan saya bahwa BBC tidak akan membayar perbaikan jika eksperimen saya gagal.
Semoga Tuhan menolong saya.

Sumber gambar, Getty Images/Carol Yepes
Layar yang retak
Banyak diskusi tentang bagaimana ponsel tanpa casing telah menjadi simbol status bagi sebagian orang, yang ingin menunjukkan kesan berkelas dan percaya diri.
Seperti ketika saya mewawancarai para eksekutif teknologi dan pengusaha, mereka jarang menggunakan pelindung ponsel.
“Anda mungkin berkata, itu karena saya mampu menggantinya jika ponsel ini rusak,” kata Yousef Ali, kepala eksekutif Blast Radio, platform audio untuk para disjoki.
Namun, bagi Ali, itu bukan tentang penampilan. Dia mengatakan, tidak pernah menggunakan casing untuk ponselnya.
“Bagi saya, memiliki perangkat mewah seharga puluhan juta yang terkenal dengan desain dan materialnya, lalu menutupnya dengan casing plastik, adalah hal yang gila,” paparnya.
Ali mengibaratkan itu seperti memasang penutup vinil di sofa untuk melindungi kainnya.
“Saya juga punya celana mahal, haruskah saya mengenakan celana tambahan untuk melindunginya?” ujar Ali.

Sumber gambar, Getty Images/Xavier Lorenzo
Saya tidak akan berpura-pura, minggu pertama tanpa casing tidak membuat saya merasa keren. Ini seperti memancing datangnya bahaya.
Tren datang dan pergi, yang saya inginkan adalah fakta – idealnya fakta yang lebih keras dari lantai yang akan memecahkan layar ponsel saya, jika jatuh.
Jika Anda membaca artikel ini di ponsel, Anda mungkin sedang melihat melalui layar Gorilla Glass, teknologi paten antibenturan yang dibuat oleh perusahaan bernama Corning.
Semua produsen ponsel ternama menggunakan Gorilla Glass atau produk Corning lainnya, untuk sebagian atau seluruh layar mereka, termasuk Apple, Google, Huawei, dan Samsung.
Ada beberapa pengecualian untuk ponsel lawas dan merek murah, tetapi sebagian besar, Corning menguasai pasar layar ponsel.

Sumber gambar, Getty Images/krispetkong
Proses pembuatan layar Gorilla Glass dimulai dengan mencelupkan kaca ke dalam rendaman garam cair yang dipanaskan hingga suhu 400 derajat Celsius.
“Campuran garam tersebut menarik ion-ion yang lebih kecil seperti litium, keluar dari kaca dan menggantinya dengan ion-ion yang lebih besar seperti kalium,” kata Lori Hamilton, direktur teknologi Corning untuk Gorilla Glass.
Hamilton menyebut tekanan kompresif itu menciptakan lapisan yang membuat cacat lebih sulit menembus kaca.
Dengan kata lain, lapisan tersebut merekatkan partikel kaca sedemikian rupa sehingga tidak mudah retak.

Sumber gambar, Getty Imagas/jojoo64
Penelitian Corning melibatkan beragam cara yang bisa membuat layar ponsel rusak untuk mempelajari apa yang salah dan cara mencegahnya.
Ponsel akan dihadapkan pada mesin penggores kaca khusus, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah wadah dengan kunci mobil di dalamnya untuk menirukan simulasi di dalam saku baju atau celana.
Corning bahkan mengumpulkan ponsel yang rusak karena perilaku manusia, untuk menemukan kerusakan yang tidak biasa.
“Kemudian kami melakukan pemeriksaan seperti di serial televisi CSI (Crime Scene Investigation) yang disebut analisis fraktur, di mana kami mempelajari pecahan kaca kecil untuk memahami sumber fraktur aslinya,” kata Hamilton.
Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.
Klik di sini
Akhir dari Whatsapp
Saat ponsel Anda jatuh, layarlah yang paling sering rusak.
Namun menurut Hamilton, teknologi layar ponsel telah meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir, dan ponsel pintar masa kini dibekali dengan layar yang jauh lebih kuat.
Pada 2016, Corning melaporkan bahwa Gorilla Glass 5 berhasil bertahan jatuh dari ketinggian 0,8 meter di laboratorium.
Kekuatan antibenturan itu meningkat menjadi 2 meter dengan Gorilla Glass Victus pada 2020.
Sementara Gorilla Armor 2, salah satu produk terbaru Corning yang ditampilkan pada Samsung Ultra S25, dilaporkan mampu bertahan hingga ketinggian 2,2 meter.
Bukti eksternal tampaknya mendukung peningkatan kekuatan ini, termasuk juga pemutakhiran dalam pemilihan bahan, konstruksi, dan desain ponsel.
Pada 2024, perusahaan asuransi Allstate, yang menjual paket perlindungan ponsel, menemukan bahwa terdapat 78 juta warga Amerika Serikat melaporkan kerusakan pada ponsel mereka, menurun dibandingkan dengan 87 juta laporan pada 2020.

Sumber gambar, Getty Images/Tim Robberts
“Kami tidak menggunakan istilah antiretak,” kata Hamilton.
“Akan selalu ada kegagalan. Selalu ada situasi di mana Anda mendapatkan goresan yang cukup dalam atau cara menekuk ponsel yang salah.”
Namun Hamilton mengatakan tidak menggunakan casing adalah hal yang wajar, dan pada titik ini, itu hanya masalah pilihan.
“Bagaimanapun, ponsel adalah investasi,” katanya. “Saya tidak menggunakan pelindung layar, tetapi saya menggunakan casing.”
Bukan casing jenis ‘perisai’ untuk keamanan, papar Hamilton.
“Itu adalah casing dompet. Saya hanya suka tempat yang sekaligus bisa untuk menyimpan kartu dan uang.”
“Saya jadi lebih berhati-hati tanpa casing”
Gorilla Glass awalnya diciptakan untuk iPhone.
Kini, model terbaru Corning menggunakan teknologi serupa yang lebih tangguh, disebut “Ceramic Shield” yang dibuat dengan “kristal nano-keramik”.
Apple mengeklaim iterasi terbaru Ceramic Sheild untuk iPhone 16 membuatnya “2x lebih kuat” daripada layar pada ponsel pintar lainnya.
Anda mungkin berpikir kristal dan keramik itu akan cukup tangguh untuk membuat saya berhemat dari pengeluaran uang untuk casing ponsel, tetapi produsen kerap memberi pesan yang membingungkan.
Apple akan menjual ketangguhan ‘perisai keramik’ kepada Anda, tetapi juga akan dengan senang hati menjual casing yang dicap dengan logo Apple.
Penjual iPhone di Apple Store yang saya datangi, menyarankan saya mungkin ingin membeli casing biru yang bagus seharga US$49 (Rp805.000).
Jadi, apakah iPhone perlu dilapisi pelindung? Apple tidak menjawab. Salah seorang juru bicara mereka menolak berkomentar.

Sumber gambar, Getty Images/Antonio Garcia Recena
Di sisi lain, produsen pelindung ponsel Spigen dengan senang hati menyampaikan pendapatnya.
“Memang benar bahwa ponsel pintar kini lebih tangguh dari sebelumnya,” kata Justin Ma, juru bicara Spigen.
“Namun, terlepas dari kemajuan itu, perangkat ini selalu rentan terhadap kecelakaan,” ujarnya.
Meski demikian, Ma tidak menyebut casing sebagai hal yang sangat penting.
“Anda mungkin berharap kami mengatakan bahwa setiap orang membutuhkan casing. Tetapi kenyataannya, itu tergantung pada masing-masing individu,” papar Ma.
Beberapa orang menyukai ponsel tanpa pelindung, beberapa menginginkan perlindungan maksimal, dan yang lainnya memilih casing untuk tujuan estetika.

Sumber gambar, Getty Images/Olena Malik
Apa pun alasannya, pelindung ponsel adalah pasar yang besar.
Ma mengatakan casing Spigen sendiri digunakan oleh lebih dari 100 juta perangkat di seluruh dunia.
Perusahaan konsultan Towards Packaging mencatat pasar casing ponsel global mencapai hampir US$25 miliar (Rp410,8 triliun) pada 2024.
Saya sedang berdiri di dapur sambil minum segelas air ketika saya merasa gatal untuk memeriksa media sosial sebelum tidur.
Saat saya mengeluarkan ponsel dari saku, jari-jari saya terpeleset.
iPhone saya yang baru melesat di udara, memantul dari sisi kulkas dan mendarat dengan keras di lantai, dengan sudut lebih dulu, di dekat kaki saya.
Namun ketika saya memeriksa, ponsel saya baik-baik saja. Mungkin diselamatkan oleh layar yang tangguh, keberuntungan, atau lantai linoleum saya yang ternyata lembut.

Sumber gambar, Getty Images/Yamasan
Bagi Jonna Valente, salah seorang warga Carolina Utara yang tidak menggunakan pelindung ponsel, pilihan itu bukan semata soal sains atau status.
“Ketika saya terakhir membeli ponsel, putri saya memilih warna merah muda, dan saya tidak memasang casing karena dia sangat menyukai warna ponselnya,” katanya.
Valente tidak pernah menyesali gaya hidup tanpa casing ponsel, dan seiring berjalannya waktu, dia menyadari bahwa hidup tanpa casing mengubah hubungan dengan ponselnya.
“Karena khawatir jari-jari saya tidak dapat menggenggamnya dengan baik, saya menjadi lebih sadar dan berhati-hati,” katanya.
“Saya tidak percaya saya mengatakan ini, tetapi saya rasa, saya sebenarnya mengurangi penggunaan ponsel saya tanpa pelindung.”
Meski Valente mengatakan ada manfaat lain dari hidup tanpa pelindung, saya tidak dapat mengatakan hal yang sama.
Saya tetap menggunakan ponsel saya sama seringnya, dengan atau tanpa casing.

Sumber gambar, Getty Images/Zbynek Pospisil
Uji ketahanan ponsel
Di awal karier saya sebagai wartawan, saya bekerja di majalah Consumer Reports, yang memiliki laboratorium lengkap tempat tim teknisi merancang uji ilmiah untuk menilai dan mengulas produk selama hampir 90 tahun.
Di ujung lorong kantor saya, ada kru yang telah menilai ponsel selama beberapa dekade.
Untuk menguji ketahanan, Consumer Reports menggunakan beragam cara untuk ‘merusak ponsel’.
Jika ada yang tahu seberapa keras uji ketahanan itu, dia adalah kolega lama saya, Rich Fisco.
“Kami menyebutnya uji jatuh,” kata Fisco, yang mengepalai pengujian elektronik Consumer Reports.
Fisco mengatakan, ponsel akan dimasukkan ke dalam kotak logam sepanjang satu meter dengan panel beton di kedua ujungnya.
Kemudian kotak itu diputar dengan cepat sebanyak 50 kali, membanting ponsel ke beton berulang kali.
Setelah proses selesai, teknisi memeriksa perangkat tersebut.
Jika perangkat itu tahan banting, Fisco mengatakan mereka akan mengembalikan ponsel ke dalam kotak dan menjatuhkannya 50 kali lagi.

Sumber gambar, Getty Images/Jose A. Bernat Bacete
“Saat uji jatuh pertama kali dimulai, sekitar sepertiga ponsel akan rusak,” kata Fisco.
“Sudah lama kami tidak melihat ponsel yang gagal uji jatuh. Layarnya sudah lebih kuat. Sekarang, tampaknya jauh lebih tangguh,” tambahnya.
Artinya, jika hanya jatuh dari saku celana saat Anda berjalan, maka ponsel tidak akan rusak.
“Memang benar, Anda tidak perlu lagi menggunakan casing ponsel. Namun, pertanyaan sebenarnya adalah, apakah Anda seorang yang mau terus-menerus bertaruh ponsel itu akan tetap bertahan?” ujar Fisco.
Meskipun tim Fisco menerbitkan hasil yang menunjukkan lusinan ponsel lulus uji jatuh setiap tahun, ia tetap membungkus perangkatnya sendiri dengan casing.
“Tentu saja,” katanya. “Saya pelit.”

Sumber gambar, Getty Images/ byakkaya
Saya terburu-buru keluar rumah pada hari ke-26 eksperimen tanpa casing.
Berdiri di puncak tangga apartemen, saya meraih ponsel untuk memeriksa rute perjalanan saya ke kantor.
Momen berikutnya, ingatan saya sedikit kabur – saya mungkin ceroboh – tetapi tiba-tiba ponsel saya jatuh.
Saya meringis ketika ponsel itu memantul menuruni tangga sekali, dua kali, dan tiga kali, sebelum berhenti dengan bunyi berderak di kaki tangga.
Saya bergegas turun untuk menyelamatkannya, dan tentu saja, ada sedikit penyok di sudut iPhone baru saya. Namun, layarnya secara ajaib tidak tergores.
Saya menghabiskan sisa hari eksperimen saya dengan bermain aman, menggenggam ponsel erat-erat selama perjalanan saya di kereta, berhati-hati setiap kali saya menggunakannya dan secara umum, tidak terlalu sering menggunakan ponsel.

Sumber gambar, Getty Images/Guido Mieth
Teman saya, yang saya ceritakan di awal artikel, tidak seberuntung itu.
Saat kami bertemu lagi di taman, saya bertanya kepadanya bagaimana kondisi ponselnya.
“Buruk,” katanya. “Saya menjatuhkannya. Ponselnya pecah, retak di bagian depan dan lensa kameranya rusak.”
Dialah orang pertama yang menyebut hidup tanpa pelindung sebagai hal yang “ironis”.
Namun, dia memiliki iPhone lama. Mungkin layar ponsel generasi yang lebih baru akan menyelamatkannya dari bahaya jatuh. Mungkin juga tidak.
Tidak peduli berapa kali layar ponsel diperkuat dengan teknologi tangguh, layar yang dibuat dari kaca tetap bisa pecah.
Namun, saya sekarang yakin bahwa dengan perangkat yang lebih baru – dan tangan yang lebih stabil dibanding tangan saya – casing hanyalah piihan jika Anda bersedia menerima risikonya.
Pada akhir percobaan, saya menyerah.
Saya seolah berjalan di atas tali, dan meskipun saya selamat dari banyak benturan dan jatuh, setiap kejadian nyaris itu, terasa seperti peringatan.
Pada akhirnya, saya kembali ke casing. Namun, sesekali saya melepaskan casing, hanya untuk sensasi, dan membiarkan ponsel saya merasakan embusan angin di seluruh permukaannya.
Versi bahasa Inggris artikel ini yang berjudul “Is it finally safe to ditch your phone case? I put it to the test” bisa Anda baca di tautan ini.