Cerita korban kapal tenggelam di Selat Bali – ‘Tak ada peringatan darurat, selamat karena jaket pelampung’

Sumber gambar, ANTARA FOTO
Korban meninggal dunia dalam insiden Kapal Motor Penyebrangan (KMP) Tunu Pratama Jaya terus bertambah. Direktur RSU Negara Jembrana, Ni Putu Eka Indrawati mengatakan pihaknya baru menerima satu jenazah tambahan dari insiden KMP Tunu Pratama Jaya. Dengan tambahan jenazah ini, maka jumlah korban meninggal bertambah menjadi enam orang.
“Ada penambahan satu lagi korban anak-anak. Dari informasi anak tersebut bernama Afnan Agil Mustafa (3 tahun) asal Banyuwangi, Jawa Timur,” ungkap Ni Putu Eka Indrawati kepada detikBali.
Afnan meninggal bersama ibunya, Fitri April Lestari. Namun nama Fitri dan Afnan tidak ada dalam daftar manifes awal.
Keluarga khawatir nama keluarga mereka juga tidak ada dalam manifes, namun menjadi korban tenggelam.
Belum ada keterangan tentang perbedaan jumlah penumpang kapal dan manifes.
Akhir dari Paling banyak dibaca
Hingga pukul 17.00 WIB, data Posko Operasi SAR dan Potensi SAR Gabungan di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi menyebutkan, korban yang ditemukan selamat sebanyak 30 orang, sedangkan korban meninggal enam orang.
Data manifes awal KMP Tunu Pratama Jaya membawa 53 penumpang dan 12 kru kapal.
KMP Tunu Pratama Jaya hendak menyebrang dari Pelabuhan Ketapang Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, di Kabupaten Jembrana, Bali. Kapal ini mengangkut 65 orang, menurut otoritas SAR.
Kepala Basarnas, Mohammad Syafii, mengatakan timnya di lapangan masih melakukan pencarian sejak kapal dilaporkan tenggelam jelang pergantian hari.
“Saat ini identitas para korban masih proses pendataan dan verifikasi oleh tim di lapangan,” kata Syafii.
Selain itu, Syafii juga melaporkan hasil pengamatan visual dan laporan BMKG, gelombang laut saat ini antara 2-2,5 meter.
“Angin dalam kondisi kencang. Arus laut tergolong kuat,” jelasnya.

Selain 65 orang di atas kapal, terdapat juga 22 kendaraan di dalam KMP Tunu Pratama Jaya. Di antara kendaraan itu ada 7 truk tronton.
Untuk mencari korban, kapal KN SAR 249 diberangkatkan menuju Selat Bali, Kepala Kantor SAR Surabaya, Nanang Sigit.
Nanang menyebut kapal itu diperkirakan tiba di Selat Bali sekitar pukul 14.30 WIB, siang.
Saat ini keluarga penumpang KMP Tunu Pratama Jaya mulai berdatangan ke Pelabuhan Ketapang. Mereka mencari kepastian tentang kondisi kerabat mereka.
Penyintas: ‘Kapal terbalik dengan cepat’
Sejumlah penyintas KMP Tunu Pratama Jaya, bercerita bahwa mereka selamat karena melompat sesaat sebelum kapal terbalik. Yang lainnya berhasil keluar dari ruang penumpang karena terdorong air.
Mereka yang selamat tidak menyinggung soal pengumuman kapal akan tenggelam, tapi mereka mengaku terselamatkan jaket pelampung yang tercecer keluar dari kapal.
“Sekitar tiga menit setelah oleng kapal sudah terbalik. Saya masih sempat meloncat,” kata Bejo Santoso dikutip dari kantor berita Antara.

Sumber gambar, I Putu Adi Budiastrawan/Detikcom
Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.
Klik di sini
Akhir dari Whatsapp
Sepanjang yang bisa dia ingat, Bejo melompat menyelamatkan diri bersama puluhan penumpang lainnya. Sebelum kapal terbalik, ia sempat menjangkau jaket pelampung.
“Kalau penumpang yang berada di dalam ruang saya pesimis mereka bisa keluar. Karena kapal itu terbalik dalam hitungan menit,” kata penumpang asal Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur ini.
Setelah terombang-ambing di laut dari sekitar pukul 00.00 WITA, menjelang pukul 06.00 WITA dia diselamatkan perahu nelayan bersama sejumlah penumpang lainnya.
Selama mengapung di laut, dia juga membawa jenazah penumpang lain dengan cara diikat pada ban pelampung yang kebetulan dia temukan.
Baca Juga:
Kesaksian lain diutarakan Imron, warga Banyuwangi. Kata dia, kapal terbalik dengan cepat setelah tiga kali oleng keras.
“Sekitar tiga kali kapal itu miring. Yang ketiga, air laut sudah masuk ke ruang penumpang,” katanya, yang selamat karena terdorong air ke atas, dan keluar melalui celah ruang penumpang.
Saat terombang-ambing, ia menemukan jaket pelampung. Ia juga diselamatkan nelayan asal Dusun Pabuahan, Desa Banyubiru.
Saiful Munir juga diselamatkan oleh jaket pelampung yang tercecer di laut.
“Saya menemukan jaket pelampung tidak tahu dari mana. Langsung saya pakai,” kata penumpang yang diselamatkan di perairan Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya ini.
‘Korban selamat menggunakan sekoci dan berenang’
Di tempat terpisah, Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit mengatakan korban selamat saat ini berada di Pelabuhan ASDP Gilimanuk Bali. Sementara korban meninggal dibawa menuju ke RSUD Jembrana.
“Korban selamat dalam keadaan sehat, tapi ada yang kelelahan dan dehidrasi. Mereka saat ini sudah mendapatkan penanganan lebih lanjut,” ujarnya.
Nanang berkata, para penumpang kapal itu berhasil menyelamatkan diri dengan menggunakan sekoci. Sebagian korban lainnya berenang ke pesisir pantai dan akhirnya ditemukan nelayan setempat.

Sumber gambar, Eko Purwanto
Nanang mengatakan, mayoritas korban, baik meninggal maupun selamat, ditemukan di Perairan Gilimanuk. Hanya satu orang korban meninggal yang ditemukan “agak jauh” dari korban lainnya.
“Satu korban meninggal ditemukan terpisah dengan korban lainnya. Titik ditemukannya korban selamat dan meninggal semuanya berada di Perairan Gilimanuk,” ujar Nanang.
Jadi korban tapi tidak masuk manifes kapal
Helen sudah siap menyambut ibu dan anggota keluarga besarnya yang akan datang berlibur di Bali. Seharusnya, mereka tiba pagi hari di Jimbaran, Bali, Kamis (03/07). Namun, sejak komunikasi terakhir dengan sang ibu malam sebelumnya, pukul 21.30 Wita, Helen tidak pernah lagi mendengar kabar ibunya sampai saat ini.
“Ibu aku (Mardiana Tri Susanti), ipar aku, adik sepupu, semua enam orang mau liburan sekolah dan liburan semester ke Bali. Tetapi saya hubungi satu per satu tidak ada yang jawab,” terang Helen sembari menangis saat diwawancarai wartawan Christine Nababan di Bali yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Alih-alih kabar baik, Helen malah mendapati berita di media sosial bahwa KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali.

Sumber gambar, Eko Purwanto
Saat ini Helen dan suaminya mencari kabar mengenai keberadaan keluarganya di sekitar Pelabuhan Gilimanuk.
“Saya tidak tahu mereka naik travel apa, saya tanya semua anggota keluarga hingga tetangga juga tidak ada yang tahu. Saya tidak tahu apa-apa sampai sekarang. Bahkan nama-nama mereka tidak ada di dalam daftar penumpang,” ujarnya.
Nama Mardianah Tri Susanti masuk dalam daftar pencarian korban KMP Tunu Pratama Jaya bersama Jimmy (11 tahun), Asraf Natan (7 tahun), Dina, dan Bintang (2 tahun). Akan tetapi, nama-nama mereka tidak masuk dalam manifes atau daftar penumpang KMP Tunu Pratama Jaya.

Sumber gambar, ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Korban lainnya bernama I Komang Surata, sopir truk pengangkut semen.
Komang Wiardani, sang istri, sembari menangis bercerita bahwa sang suami masih mengabarinya pukul 23.00 Wita.
“Ia tanya saya sudah makan belum. Bapak bilang belum makan, tapi sempat beli nasi tadi sebelum naik kapal,” tuturnya.
“Kemudian, bapak suruh saya tidur dulu, dia mau makan. Dia juga sempat bilang ombak sedang tinggi. Tetapi ternyata itu percakapan terakhir,” imbuh Wiardani.
Wiardani pasrah. Ia ingin Surata ditemukan hidup atau mati, sehingga ia masih bisa melihat sang suami untuk terakhir kalinya. “Selamat atau tidak, saya harap saya bisa bertemu suami saya untuk terakhir kalinya,” kata Wiardani.
Dia bercerita bahwa suaminya sudah 20 tahun bekerja sebagai sopir truk pengangkut semen untuk pabrik di Banyuwangi. Surata hampir setiap hari menggunakan jasa kapal penyebrangan dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk.
“Anak pertama saya ikut bapak bekerja, baru. Ia berangkat lebih dulu. Bapak menyusul di belakangnya. Anak pertama saya selamat, tetapi suami saya belum ditemukan. Namun, data kendaraannya cocok, truk engkel DK 8286 WE,” terang Wiardani.
Keluarga penumpang histeris
Keluarga penumpang KMP Tunu Pratama Jaya berbondong-bondong berdatangan dengan wajah cemas di ruang tunggu bawah Pelabuhan ASDP Ketapang Banyuwangi yang dijadikan posko darurat, Kamis (03/7).
Sebagian dari mereka terlihat sangat hati-hati membaca papan pengumuman nama-nama korban KMP Tunu Pratama Jaya.
Di antara yang datang, kakak korban yang dinyatakan meninggal, atas nama Elok Rumantini, terlihat histeris. Dia kemudian pingsan. Kerabat yang menemaninya juga tak kuasa menahan air mata.

Sumber gambar, Eko Purwanto
Berdasarkan keterangan Saiful Bahri, tetangga korban meninggal, Elok Rumantini bekerja di kantin kapal. KMP Tunu Pratama Jaya karam dalam pelayarannya menuju Gilimanuk, Bali.
Bahri berkata, sebelumnya keluarga korban mendapat kiriman video penemuan tubuh korban di salah satu pesisir pantai.
“Korban bekerja sebagai kantin di kapal tersebut. Tadi keluarga juga telah menerima video penemuan Elok,” ujar Bahri, tetangga korban yang menemani keluarga.
Bahri menyebut keluarga sudah memastikan, jenazah yang ditemukan dalam video yang diterima adalah Elok. Kayakinan itu mereka dasarkan pada pakaian dan ciri-ciri korban.
“Dari pakaian yang dikenakan dan ciri-ciri tubuh bahwa jenazah yang di dalam video yang diterima keluarga merupakan Elok,” kata Bahri.
Selain Elok, dari data yang tertulis di papan posko darurat terdapat tiga korban meninggal lainnya, yaitu Anang Suryono, Eko Sastriyo, dan Cahyani.

Sumber gambar, Eko Purwanto
Poniyem juga berada di antara keluarga yang menanti kabar terbaru. Anaknya, Fitri April Lestari, dan cucunya, Afnan A Mustafa, yang masih berusia tiga tahun, belum diketahui nasibnya.
“Iya belum ada kabar,” katanya.
Poniyem memperoleh kabar dari menantunya tentang peristiwa yang menimpa kapal yang ditumpangi Fitri dan cucunya itu sekitar pukul 03.00 dini hari.
Fitri dan cucunya ke Bali untuk bertemu menantu Poniyem yang bekerja di Bali.
Namun, belakangan nama Fitri April Lestari dan Afnan A Mustafa muncul di papan pengumuman sebagai korban meninggal dunia.
Prosedur keselamatan darurat disorot
Pengamat transportasi dari Institute Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono Wibowo, menyoroti prosedur keselamatan darurat KMP Tunu Pratama Jaya setelah muncul kesaksian para penyintas yang menemukan jaket pelampung tercecer di laut.
Sony menduga tidak ada pengarahan awal kepada penumpang terkait risiko-risiko yang bisa terjadi selama kapal berlayar, seperti akses pada jaket pelampung, jalur keluar penumpang ketika terjadi kebocoran kapal, hingga akses ke sekoci.
“Dari dulu, kebiasaan di kapal laut kita itu jarang seperti itu. Safety induction [pengarahan keselamatan] setiap pelayaran itu jarang dilakukan, beda dengan pesawat,” katanya.

Sumber gambar, ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Pesawat, kata dia, aturannya berlaku internasional. Dengan kata lain, sebuah maskapai bisa kena sanksi penerbangan apabila awak kabin tidak memberikan pengarahan keselamatan. Padahal, lanjut Sony, transportasi laut juga tak kalah penting terkait risiko keselamatan.
“Kita negara kepulauan, tapi [keselamatan transportasi] laut menjadi anak tiri selama ini,” katanya sambil mengingatkan insiden Kapal Motor Sinar Bangun yang tenggelam di perairan Danau Toba dengan ratusan penumpang belum ditemukan 2018 silam.
Menurut Sony, setelah insiden KM Sinar Bangun, pengawasan terhadap transportasi laut cukup ketat dengan mewajibkan penumpang menggunakan jaket pelampung. Tapi lambat laun, ketentuan ini mulai kendor.
“Jadi saya lebih melihat akar masalah di sini, lebih karena pengawasan yang lemah… Kuncinya itu adalah konsistensi, melakukan pengawasan, melakukan edukasi,” katanya.
Bagaimana temuan KNKT pada kecelakaan kapal?
BBC News Indonesia membuka sejumlah hasil investigasi yang dilakukan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terkait kecelakaan kapal laut.
Ada banyak faktor teknis hingga lemahnya pengawasan terhadap aspek keamanan dan kselamatan yang menyebabkan kapal karam dan menimbulkan banyak korban jiwa, menurut temuan KNKT.
- KMP Rafelia II
KMP Rafelia II tenggelam di selat Bali pada Maret 2016. KNKT menemukan kurang efektifnya penanganan kondisi darurat di kapal terutama pada saat awal kemiringan.
Proses pengisian serta pengawasan terhadap penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) kurang berjalan sesuai ketentuan, dan perhitungan stabilitas kapal tidak dapat dilakukan awak kapal. Ini lantaran waktu sandar yang terbatas dan tidak adanya data berat kendaraan yang naik ke kapal penyeberangan.
“Kurangnya pelatihan terhadap penanganan kondisi darurat (emergency drill) turut berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dan kelancaran proses evakuasi penumpang pada saat kejadian kecelakaan,” tulis laporan KNKT.

Sumber gambar, ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
- KMP Sinar Bangun IV
KMP Sinar Bangun IV tenggelam di danau Toba, Juni 2018 silam. Insiden ini menyebabkan tiga orang teridentifikasi meninggal, dan lebih dari 100 orang dinyatakan hilang.
KNKT menemukan muatan penumpang dan kendaraan melebihi kemampuan kapal. Temuan lainnya adalah ukuran kapal yang tidak sesuai dengan sertifikatnya, adanya modifikasi tanpa laporan, Akses darurat juga tidak tersedia, dan jendela terhalang teralis.
“Berdasarkan dokumen Pendaftaran dan Kelengkapan ADP, kapal dilengkapi jaket penolong 50 buah orang dewasa (tanpa jaket penolong anak-anak dan bayi). Menurut awak kapal, kapal memiliki jaket penolong sebanyak sekitar 80 buah, namun diletakkan di lemari dan sebagian terikat di langit-langit kabin penumpang,” kata KNKT.

Sumber gambar, ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
- KMP Yunicee
KMP Yunicee tenggelam saat pelayaran menuju Pelabuhan Gilimanuk, Juni 2021. Kecelakaan ini membuat 11 orang kehilangan nyawa, 13 orang dinyatakan hilang dan 51 orang selamat.
Investigasi KNKT, menemukan kombinasi tiga faktor penyebab tenggelamnya Yunicee. Pertama, kelebihan muatan sesuai perizinan, air laut di atas geladak kendaraan, dan arus air laut.
Temuan lainnya, KNKT juga melaporkan kapal hanya menyediakan satu unit perahu karet penyelamat yang mengembung saat kecelakan, jumlah manifes yang berbeda dari yang didaftarkan, hingga alat EPIRB (Emergency Position Indicating Radio Beacon) tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Kronologi
KMP Tunu Pratama Jaya berangkat dari Pelabuhan Ketapang pada pukul 22.56 WIB, Rabu kemarin.
Sekitar pukul 23.20 WIB, kapal itu mengirimkan panggilan darurat, kata Wahyu Setiabudi, Koordinator Pos SAR Banyuwangi.
Lima menit setelah panggilan darurat itu, Wahyu bilang petugas jaga syahbandar melihat kapal tersebut tenggelam.
Wahyu menyebut pada pukul 00.18 WIB, Kamis dini hari, sejumlah petugas dari beberapa instansi dikerahkan ke titik terakhir KMP Tunu Pratama Jaya.
Namun para petugas penyelamat itu terkendala cuaca buruk. “Di titik lokasi ombak mencapai 2,5 meter,” ujar Wahyu.
Adakah kecelakaan kapal di Selat Bali sebelumnya?
KMP Tunu Pratama Jaya pernah kandas di dekat Pelabuhan Gilimanuk, di Kabupaten Jembrana, pada Agustus 2022.
Kapal itu kandas karena terseret arus angin kencang yang mencapai 35 knot. Kapal tersebut kandas sekitar 200 meter dari pinggir pantai.
Ketika kandas, KMP Tunu Pratama Jaya mengangkut 15 penumpang, 15 kru kapal, dan 7 kendaraan.

Sumber gambar, Ardian Fanani/detikcom
Pada kejadian lain, 29 Juni 2021, kapal KMP Yunicee tenggelam di Selat Bali. Terdapat 11 orang tewas dan 13 orang hilang dalam peristiwa tersebut.
Ketika tenggelam, terdapat 75 orang di atas KMP Yunicee.
Merujuk laporan otoritas SAR, KMP Yunicee kala itu berangkat dari Pelabuhan Ketapang. Kapal itu terbalik saat antre untuk bersandar di Pelabuhan Gilimanuk.
Untuk pencarian korban, kala itu sejumlah kapal dikerahkan ke Selat Bali, termasuk empat kapal milik TNI Angkatan Laut.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menduga kuat bahwa kelebihan muatan saat berangkat dari Pelabuhan Ketapang menjadi salah satu faktor pemicu tenggelamnya KMP Yunicee.
Selain itu, KNKT juga menemukan permasalahan pada stabilitas KMP Yunicee.
“Air laut yang berkumpul di geladak kendaraan menyebabkan penurunan stabilitas kapal yang signifikan,” tulis KNKT dalam laporan mereka.
Berita ini akan diperbarui dengan informasi terbaru secara berkala
Wartawan di Banyuwangi, Eko Purwanto, melaporkan untuk BBC News Indonesia