Bagaimana awal pertikaian Iran-Israel dan ke mana arahnya?

Sumber gambar, Majid Saeedi/Getty Images
-
- Penulis, Lana Lam, Sofia Ferreira Santos, Jaroslav Lukiv & Nathan Williams
- Peranan, BBC News
Pertikaian Israel dan Iran terus berlanjut sejak Israel menyerang fasilitas nuklir dan militer Iran, pada Jumat (13/06), yang kemudian dibalas Iran dengan serangan udara ke wilayah Israel.
Menurut Kementerian Kesehatan Iran, lebih dari 220 orang tewas akibat serangan Israel sejak Jumat (13/06). Sementara itu, Israel mengatakan serangan Iran telah menewaskan 24 orang.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kini mempertimbangkan kemungkinan bergabung dengan Israel untuk menyerang lokasi fasilitas nuklir Iran.

Sumber gambar, Anadolu via Getty Images
Israel meluncurkan Operasi Rising Lion dan Iran membalas
Pada Kamis (12/06), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyampaikan kepada penduduk Distrik 18 Teheran, termasuk yang berada di bangunan militer dan lingkungan perumahan, untuk mengungsi.
Beberapa jam kemudian, rangkaian serangan pertama dilaporkan terjadi di Teheran pada Jumat (13/06), sekitar pukul 03:30 waktu setempat.
Akhir dari Paling banyak dibaca
Serangan tersebut menghantam kawasan permukiman di Teheran, sebagaimana dilaporkan stasiun televisi pemerintah Iran.
Jurnalis BBC tidak dapat melaporkan dari dalam Iran karena terdapat pembatasan oleh pemerintah negara tersebut, sehingga sulit untuk menilai dampak kerusakan dari serangan Israel.

Gempuran Israel ke fasilitas nuklir Natanz—sekitar 225 km di selatan Teheran—menyebabkan kerusakan signifikan, kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan serangan Operasi Rising Lion menyasar “jantung” program nuklir Iran.
“Jika tidak dihentikan, Iran dapat memproduksi senjata nuklir dalam waktu yang sangat singkat,” klaim Netanyahu. Iran berkeras bahwa program nuklirnya bersifat damai.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan Israel “harus mengantisipasi hukuman berat”. Sementara itu, menteri luar negeri Iran menyebut serangan itu sebagai “deklarasi perang”.
Pembalasan Iran dimulai beberapa jam kemudian dengan meluncurkan serangan rudal balistik ke “puluhan target, pusat militer, dan pangkalan udara” di Israel, dalam sebuah operasi yang disebut True Promise 3.
IDF menyatakan sekitar 100 rudal diluncurkan ke Israel, namun mereka mengeklaim sebagian besar telah dihalau oleh sistem pertahanan udara Iron Dome.
Aksi saling serang telah berlanjut selama berhari-hari.
Namun, serangan Iran berkurang baru-baru ini. Kondisi ini bisa jadi mengindikasikan serangan Israel terhadap militer Iran telah berdampak, demikian dilaporkan wartawan BBC, Hugo Bachega.
Serangan Israel telah menewaskan beberapa petinggi militer Iran, termasuk Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), Hossein Salami.
Ada pula beberapa ilmuwan nuklir Iran yang tewas, termasuk mantan Kepala Organisasi Energi Atom Iran, Fereydoon Abbasi.
Iran mengatakan warga sipil, termasuk anak-anak, berada di antara korban tewas.
IDF mengatakan telah melancarkan beberapa gelombang serangan terhadap situs drone dan rudal Iran sekaligus mengadang rentetan rudal yang ditujukan ke Tel Aviv dan Israel bagian utara.
Pasukan Iran mengatakan serangan difokuskan pada instalasi keamanan Israel. Iran menyatakan telah mendesak penduduk yang masih berada di kota-kota besar Israel untuk mengungsi.

Sumber gambar, Reuters
Di Teheran, seorang presenter media pemerintah Iran melarikan diri dari studio di tengah siaran ketika bangunan itu dihantam serangan Israel. Media Iran mengatakan tiga stafnya tewas.
Militer Israel menyatakan pada Selasa (17/06) mereka telah mencapai “keunggulan udara penuh” atas Teheran, dan telah menghancurkan sepertiga peluncur rudal Iran.
Pernyataan itu mengemuka setelah rudal Iran menerjang empat daerah berbeda di utara dan tengah Israel. Menurut militer, serangan itu menewaskan sedikitnya delapan warga sipil.
Apa langkah lanjutan AS?
Presiden Trump tengah mempertimbangkan bergabung dengan Israel untuk menyasar lokasi nuklir Iran, demikian diungkapkan narasumber mitra BBC di AS, CBS News.
Trump dan Netanyahu berbicara melalui telepon pada Selasa (17/06) setelah pertemuan Dewan Keamanan Nasional AS.
Trump sebelumnya telah menggunakan media sosial guna menyerukan pada Iran untuk “menyerah tanpa syarat”.
Dia mengeklaim AS tahu di mana Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berada, tapi tidak akan membunuhnya “untuk saat ini”.
Khamenei kemudian memperingatkan Trump tentang “kerusakan yang tidak dapat diperbaiki” jika militer AS ikut campur dalam konflik.

Sumber gambar, Reuters
Setelah meninggalkan KTT G7 lebih awal, Trump mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak terbang kembali ke Washington untuk menjadi perantara gencatan senjata.
Dia menginginkan sesuatu yang “lebih baik daripada gencatan senjata”.
“Akhir yang nyata,” ujarnya, yang boleh jadi mencakup “menyerah sepenuhnya”.
Trump sebelumnya menyalahkan Iran karena tidak aktif dalam pembahasan kesepakatan baru soal pembatasan program nuklir.
Pertemuan baru antara AS dan Iran telah dijadwalkan pada Minggu (15/06), tetapi dibatalkan setelah serangan Israel pada Jumat (13/06).
Bagaimana sampai pada titik ini?
Netanyahu menyampaikan pada Jumat (13/06) bahwa serangan itu adalah “operasi militer yang ditargetkan untuk memukul mundur ancaman Iran sehingga Israel tetap bertahan”.
Dia mengatakan operasi akan “berlanjut selama berhari-hari sepanjang yang diperlukan untuk menghentikan [program nuklir Iran] agar tidak meluas”.
Seorang pejabat militer Israel mengungkapkan kepada BBC bahwa Iran memiliki cukup bahan nuklir untuk membuat bom nuklir “dalam beberapa hari”.
Namun, Iran berkilah tidak pernah berusaha mengembangkan senjata nuklir dan kegiatan nuklirnya bersifat damai.

Serangan dimulai ketika pembicaraan AS mengenai program nuklir Iran, yang dimulai pada bulan April, terhenti.
Trump berharap mencapai kesepakatan agar Teheran berhenti mengembangkan senjata nuklir, tapi pertemuan terbaru dibatalkan sehubungan dengan eskalasi situasi baru-baru ini.
Tahun lalu, Iran dan Israel saling melontarkan sejumlah serangan udara pada bulan April dan Oktober. Namun, serangan Israel tahun lalu diyakini tidak seluas saat ini.
Apa itu program nuklir Iran?
Iran telah lama menegaskan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai dan kepentingan sipil.
Program nuklir ini memiliki beberapa fasilitas, yang beberapa di antaranya telah menjadi sasaran serangan Israel.
Akan tetapi, banyak negara—serta pengawas nuklir global, IAEA—tidak yakin bahwa program tersebut hanya untuk tujuan sipil.
Pada Juni, dewan gubernur pengawas IAEA secara resmi menyatakan Iran melanggar kewajiban non-proliferasi untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.
Disebutkan “banyak kegagalan” Iran untuk memberikan jawaban lengkap tentang bahan nuklir dan persediaan uranium yang diperkaya.
Menurut laporan IAEA, Iran telah memperkaya uranium hingga kemurnian 60%, mendekati standar kualitas pembuatan senjata yang berpotensi membuat sembilan bom nuklir.